Seperti Salat di Makkah

Selasa 14-05-2019,10:23 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

SURABAYA - Berada di tengah-tengah permukiman padat penduduk di Jalan Peneleh V, Surabaya, keberadaan Masjid Peneleh tidak banyak diketahui warga. Padahal, masjid seluas 990 meter persegi ini diyakini masyarakat sekitar sebagai masjid kali pertama di Surabaya yang didirikan oleh Sunan Ampel, yang merupakan salah satu Walisongo. Yang paling istimewa, dalam kegiatan Ramadan, masjid yang berdiri sekitar abad ke-15 itu membaca satu juz Alquran tiap salat tarawih dengan 23 rakaat. Di Surabaya sendiri, selain Masjid Peneleh juga ada masjid di kawasan Rungkut dan Pondok Tjandra, Waru Sidoarjo, yang salat tarawih 23 rakaat dengan membaca satu juz Alquran. "Kebetulan imam yang biasa salat di sini juga kadang menjadi imam di kawasan Rungkut dan Pondok Tjandra," jelas Muhammad Sufiyan, Ketua Takmir Masjid Peneleh saat ditemui Memorandum. Tambah Sufiyan, kebetulan yang menjadi imam ini sebagian besar alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidzul Quran yang berada persis di depan Masjid Peneleh. "Semua imamnya hafiz Alquran. Satu juz Alquran dibaca sekitar satu jam. Kecuali kalau ada ceramah, tarawih selesai sekitar pukul 20.30," ujarnya. Selain itu, tambah Sufiyan, salat malam berjemaah dilakukan tiap malam Jumat. "Tetapi, khusus 10 hari terakhir Ramadan, salat berjemaah mulai salat tasbih, salat hajat, dan salat tahajud, dilanjutkan sahur dilakukan setiap hari," beber Sufiyan. Lanjutnya, bagi jemaah dari luar kota yang menyempatkan salat di Masjid Peneleh ini karena mereka merasa berada salat di Makkah dan Madinah. "Perasaan mereka seperti salat di Makkah dan Madinah. Itu yang disampaikan ke kami," jelasnya. Disinggung soal arsitektur, Sufiyan menegaskan bahwa banyak keunikan dari Masjid Peneleh ini. Tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi sekaligus sarana pendidikan bagi masyarakat. "Ada 10 tiang tiang utama penyangga atap menjulang yang saling menyambung di bagian langit langitnya, yang disebut Soko Guru. Ini salah satu ciri khas Walisongo, contohnya Masjid Demak dan Masjid Kudus," jelas Sufiyan. Tidak hanya itu, di rangka langit-langitnya yang berhiaskan huruf Arab memuat nama empat sahabat Nabi Muhammad, yakni Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. "Tembok masjid dikelilingi 25 ventilasi dan lima daun jendela. Di masing-masing ventilasi terdapat hiasan aksara Arab berupa nama-nama 25 nabi," pungkas Sufiyan. Sementara, Muhammad Ismail, jemaah yang tinggal di Jalan Peneleh VI, menambahkan bahwa bedug di Masjid Peneleh juga ada cerita tersendiri. "Bedug yang berdiameter kurang lebih satu meter dan panjang dua meter yang dulu ditemukan hanyut di Sungai Kalimas, tepat berada di depan kampung Peneleh," jelas dia. Lanjut Ismail, pada saat kali pertama dipasang di Masjid Peneleh banyak warga yang mengambili serpihan bedug sehingga takmir masjid melapisi bedug dengan kayu biasa yang dihiasi ukiran kaligrafi. "Bedug itu masih asli sampai sekarang," pungkas Ismail. (fer/nov)

Tags :
Kategori :

Terkait