Bersyukur Puasa di Daerah Damai

Selasa 14-05-2019,10:16 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Berbagai situasi ketika Ramadan pernah dirasakan Kolonel Inf Singgih Pambudi Arinto. Perwira menengah dengan tiga melati ini mengatakan, bila kewajiban puasa di Ramadan ini juga melatih seorang prajurit agar kuat meski dalam kondisi tidak normal. “Di Ramadan ini kita harus tetap mengerjakan pekerjaan seperti biasa dalam kondisi lapar. Di situlah kita dilatih kesabaran,” terang Singgih yang menjabat sebagai Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V/Brawijaya ini. Singgih mengungkapkan, dirinya bisa lebih bersyukur karena berpuasa di daerah damai. Karena pada tahun 2015, dia harus menjalani tugas di perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini saat Ramadan. Di tempat itu, ia harus melakukan patroli masuk hutan dan jaraknya sangat jauh. “Bagi militer puasa itu suatu sarana melatih diri untuk melaksanakan tugas dalam kondisi khusus. Namun, ketika bertugas di daerah damai jangan sampai terlena,” lanjut Singgih. Begitu juga ketika tahun 2016, waktu dia mendapat tugas di negara Sudan. Bila dirasakan tantangannya lebih berat ketika ia masih bertugas di perbatasan. Karena waktu berpuasa di Sudan hingga 14 jam. Bahkan, kalau siang suhunya mencapai 45 derajat celsius, dan harus melakukan patroli hingga 200 kilometer. “Meski di dalam panser, tapi itu tetap panas, terkadang di mobil terbuka. Patroli untuk memberikan perlindungan untuk warga yang terdampak karena konflik di Sudan,” papar Singgih. Sehingga, saat bertugas di daerah damai, tidak ada alasan untuk bermalas-malasan dalam menjalankan kewajiban sebagai umat muslim ketika Ramadan. “Pembinaan fisik harus terus dilakukan, sedangkan untuk kerohaniannya kita meningkatkan ibadah dengan salat tarawih, dan tadarus,” pungkas Singgih. (tyo/nov)

Tags :
Kategori :

Terkait