Tulungagung, memorandum.co.id - Relaksasi peningkatan ekonomi bagi masyarakat di masa pandemi acapkali diikuti dengan pertambahan jumlah pengunjung di satu lokasi wisata. Kondisi ini juga berpotensi terjadi di lokasi-lokasi wisata Tulungagung.
Pengamatan tim liputan, imbas libur panjang pada dua minggu lalu juga berpotensi menjadikan gelombang lanjutan penyebaran Covid-19 di Kabupaten Tulungagung.
Beruntung, dengan pengetatan protokol kesehatan di lokasi wisata, bagi pengunjung, pegiat wisata, dan semua masyarakat yang beraktivitas di dalamnya, lonjakan tersebut tidak ditemukan.
Disampaikan oleh Wakil Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Tulungagung Galih Nusantoro. Dari 200-an pelaku wisata yang menjalani rapid test usai libur panjang kemarin, hasilnya semuanya nonreaktif. Galih juga tidak menerima laporan pelaku wisata yang mengeluhkan tanda-tanda terimbas Covid-19.
"200 pelaku wisata yang kita rapid, mulai dari pokdarwis, tukang warung, tukang parkir sampai yang menyewakan wahana- wahana di lokasi wisata itu semuanya nonreaktif," ujarnya, Minggu (15/11/2020).
Hal ini, kata Galih, menunjukkan kekhawatiran penyebaran Covid-19 selama libur panjang kemarin tidak terbukti.
Selain itu kedisiplinan pelaku wisata, pengunjung dan semua pihak yang terlibat dalam penanganan Covid-19 ini perlu diapresiasi. Tak terkecuali petugas kepolisian yang menyiagakan anggotanya di lokasi lokasi-lokasi wisata.
"Tentu ini karena kedisiplinan semua pihak untuk menerapkan protokol kesehatan di lokasi wisata selama libur kemarin," jelas Galih.
Sementara Paur Humas Polres Tulungagung Iptu Nenny Sasongko yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya terus memberikan sosialisasi secara maksimal kepada masyarakat.
Baik secara langsung dengan turun ke lokasi-lokasi berkumpulnya masa, kemudian aktif mengupload nya melalui media sosial, hingga aktif mengkampanyekan protokol kesehatan melalui lagu EGP yang diputar di simpang empat jalanan Tulungagung.
"Seperti hari Minggu ini, ketika musim liburan kita juga share giat kita bagi-bagi masker dan imbauan agar menerapkan prokes kepada masyarakat melalui media sosial," terangnya.
Lagu EGP sendiri, menurut Nenny, merupakan kependekan dari enggak boleh ngelawan petugase, gawenen maskermu timbang keno dendo selawe ewu, dan patuhi protokol kesehatan.
"Untuk lagu memang diputar di simpang empat kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi dari gugus tugas yang disampaikan melalui pesan suara," ungkap Nenny.
Pihaknya yakin, dengan sosialisasi yang masif seperti ini, peningkatan ketaatan masyarakat dalam penggunaan masker bisa terus terjadi di masa pandemi. (fir/mad/fer)