Bahagia Jadi Istri Dosen yang Lugu dan Sederhana

Jumat 26-04-2019,09:30 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Meski hidup selalu pas-pasan, Ningsih (34, samaran) merasakan kebahagiaan tiada batas. Suaminya yang ganteng, lugu, dan penyabar itu tak pernah menyakiti. Dosen perguruan tinggi swasa kurang terkenal ini selalu ada untuk Ningsih. Suami siaga. Dua putra mereka yang lucu-lucu menambah kebahagiaan. Mereka saling mengisi, saling menghibur, dan saling berbagi kasih sayang. Rumah kontrakan yang sempit di kawasan Wonokromo seolah terasa seperti istana. Namun, cerita tersebut hanya terjadi pada awal-awal pernikahan Ningsih vs Jono, suaminya (35, samaran). Sejak Jono pindah kerja ke perusahaan tele komunikasi, tingkah lakunya berubah drastis. Jono tak lagi suka angrem di rumah. Pulang kerja, ada saja acaranya. Sebagai staf humas, dia mengaku harus meng-entertaint rekanan kerja perusahaan. Dan, itu amat sering. Dua tahun lalu Jono bahkan pernah ditugaskan mengikuti pendidikan di Bandung. Cukup lama, 10 bulan. Selama itu dia hanya pulang tiga kali. Alasannya, pekerjaan di Bandung sangat padat. Yang mengejutkan, pada kepulangannya yang terakhir Jono tidak dengan tangan kosong. Dia membawakan oleh-oleh untuk Ningsih. Madu. Bukan madu hasil ternak tawon, melainkan madu cinta. Jono membawa pulang istri muda. Namanya sebut saja Yeyen (30). Ningsih tidak bisa serta merta menolak, karena Yeyen sudah berbadan dua. Tak lama kemudian Jono menikahi Yeyen secara resmi di meja KUA. Walaupun tidak ikhlas, Ningsih berusaha menerima Yeyen menjadi istri kedua Jono. Yang tidak dia sangka, ternyata suaminya dengan tega menampung Yeyen di rumah mereka yang sempit. Jadilah kisah rumah tangga Ningsih seperti judul film nasional zaman dulu: Serumah Dua Cinta. Sakit hati demi sakit hati pun bertubi-tubi mendera Ningsih. Perempuan yang dulu tampak sehat itu semakin hari semakin tampak kuyu dimakan penderitaan. Toh begitu, karyawati koperasi simpan-pinjam ini mencoba terus bertahan. Demi anak-anak. Mereka masih kecil-kecil. Kalau bukan lantaran mereka, sejak awal kehadiran Mak Lampir (sebutan Ningsih untuk Yeyen, red) aku sudah minta cerai, kata Ningsih kepada pengacaranya di kantornya, sekitaran Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, baru-baru ini. Sikap Jono berubah Sepertinya dia tunduk di bawah pengaruh Yeyen. Semua serba untuk Yeyen, Yeyen, dan Yeyen. Ningsih dan anak-anaknya hanya mendapatkan sisa. Kini setiap hari Ningsih dan anak-anaknya merasakan ketidakadilan perilaku Jono. Walau begitu, mereka tak dapat berbuat apa-apa. Apalagi, anak-anak yang sama sekali belum memahami sepenuhnya arti rumah tangga. Bisa dikatakan 90 persen perhatian Jono ditumpahkan kepada Yeyen. Sepuluh persen sisanya baru dibagi untuk Ningsih dan kedua anaknya. Tapi biarlah, kami akan mencoba bersabar sampai pada batasnya, tambah Ningsih. Ningsih bersikukuh mempertahankan rumah tangganya vs Jono demi anak-anak bukan tanpa alasan. Meski tak memberi perhatian lebih kepada anak-anaknya, Jono sangat royal kepada mereka. Apa saja kebutuhan anak-anak tersebut selalu dipenuhi. Aku bagian mencukupi kebutuhan mereka, kamu bagian memberi perhatian dan kasih sayang, ungkapan semacam itu berkali-kali dia dengar dari Jono. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait