Dua Gaduh Beda Bobot

Senin 05-10-2020,17:08 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Ali Murtadlo Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mengkritisi penyelenggara negara yang menurutnya berjalan melenceng. Jenderal (Pur) Moeldoko, Kepala Staf Presiden, menanggapinya. Gaduh. Di kesempatan lain, Moeldoko menuding Rumah Sakit mencari duit dengan mengatakan setiap kematian dikaitkan covid. Gaduh. Siapa sesungguhnya penabuh kegaduhan? Dua gaduh, beda bobot. Moeldoko mengingatkan agar KAMI tidak memaksakan kehendak kepada pihak lain. "Jika demikian pemerintah bisa membuat perhitungan," kata mantan Panglima TNI ini. Dia juga memperingatkan agar KAMI menggunakan jalur hukum yang sah jika ingin menyampaikan aspirasinya terhadap pemerintahan. Moeldoko menilai gagasan yang dibangun KAMI membuat suhu politik memanas. "Sepanjang gagasan itu bagian dari demokrasi silakan. Tetapi jangan coba-coba mengganggu stabilitas politik. Negara punya kalkulasi dalam menempatkan demokrasi dan stabilitas," trgasnya. Presidium KAMI Din Samsuddin langsung menanggapi gertakan Moeldoko. "KAMI bukan kumpulan orang-orang pengecut. Insan yang masuk di KAMI adalah mereka yang telah menyerahkan segala urusan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, dan hanya takut kepadaNya," katanya. Dien menyampaikan bahwa peringatan dari Moeldoko itu dikarenakan dia belum memahami maklumat KAMI. "Saya menilai beliau belum membaca maklumat KAMI sehingga belum bisa memahami isinya secara mendalam," katanya. Din lalu menyampaikan misi KAMI: 1. Meluruskan kiblat bangsa dan negara yang mengalami banyak penyimpangan. 2. Mengingatkan pemerintah agar serius menangani covid 19 dengan mengedepankan kesehatan dan keselamatan rakyat di atas program ekonomi dan politik (Pilkada). 3. Mengingatkan pemerintah agar serius menangani KKN dengan mencabut UU yang melemahkan KPK 4. Mengingatkan pemerintah untuk sungguh-sungguh mengatasi ketidakadilan ekonomi, mengutamakan lapangan kerja bagi rakyat sendiri. 5. Mencabut UU yang lebih menguntungkan pengusaha daripada kaum buruh. Selain bermasalah dengan KAMI, Moeldoko juga diprotes banyak dokter dan Rumah Sakit gegara Moeldoko menuding banyak RS yang menulis kematian dikarenakan Covid. "Jangan semua kematian definisinya mati karena covid. Ini perlu dilluruskan," katanya saat berkunjung ke Jawa Tengah. Pernyataan Moeldoko ini juga dibenarkan oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang katanya ada kejadian seperti itu di wilayah yang dipimpinnya. Langsung heboh. Dokter dan rumah sakit protes. "Tudingan bahwa RS meng-covid-kan pasien untuk mendapatkan anggaran ini berbahaya, apalagi diucapkan oleh pejabat negara," protes dokter spesialis jantung, dr Berliana Idris, lewat akun Twitter @berlianidris. Menurut dr Tonang Ardyanto, dosen FK UNS, pernyataan Moeldoko dan Ganjar membuat runtuh kepercayaan masyarakat kepada pelayanan kesehatan. "Kerja keras membangun trust, runtuh dalam sekejap. Sadarkah Pak," cuit @tonangardyanto "Meng-covid-kan pasien? Apa untungnya? Bagaimana caranya? Ckckck," cuit dr Andi Khomeini Takdir lewat @dr_koko28. Tak hanya di dunia maya, dunia nyata juga banyak yang protes Moeldoko-Ganjar. "Dokter tidak akan menulis diagnosis covid kalau tak ada bukti kuat. Memang ada pasien datang gejala stroke. Tapi, setelah didiagnosis positif covid. Lalu, keluarga marah-marah karena merasa hanya stroke," jelas Ketua Persatuan Dokter Paru Indonesia Erlina Burhan. Tak hanya dokter, RS juga protes. "Mohon maaf, kami sudah lelah.Jika ada bukti dan terbukti, silakan oknum RS diberi sanksi saja. Jangan sakiti tenaga kesehatan yang sudah melayani pasien dengan penuh risiko," tulis Ketua Kompartemen Public Relations dan Marketing Perhimpunan RS Indonesia (PERSI) Anjari Umarjiyanto. Ada berbagai kegaduhan. Kita bisa membedakan, yang berbobot dan yang bukan. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait