Sujud Mindfulness

Jumat 02-10-2020,17:11 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Ali Murtadlo Mengapa mindfulness penting? Bisakah kita terapkan tatkala kita bersujud kepada Allah? Mindfulness adalah cara berkesadaran penuh. Pikiran tidak kemana-mana, fokus. Sadar terhadap apa yang sedang dilakukan. Sadar saat berolahraga. Sadar saat latihan deep breathing. Sadar saat makan, sadar sedang minum. Saat mandi. Begitu juga saat berwudhu. Saat shalat. Saat bersujud. Anda mungkin bilang: ya pasti sadar, masak tidak sadar. Yang dimaksud berkesadaran penuh menurut American Psychological Association adalah a moment to moment awareness, the quality or state being conscious. Mandi misalnya, tidak hanya jebar jeburnya. Tapi, mulai gemericik airnya. Wanginya sabun. Segarnya badan terkena air. Dan massage kita ke bagian organ tubuh saat mandi. Nikmatnya memijat betis kaki setelah sebelumnya dipakai senam atau genjot sepeda. Makan yang mindfulness beda dengan makan sambil main WA atau sambil nonton TV atau drakor di HP. Makan yang mindful mulai awalnya sudah berdoa, lalu menikmati setiap suapnya, setiap sayurnya, setiap kuahnya, setiap pedasnya, setiap lauknya. Disertai rasa syukur dikaruniai bisa makan. Enak makan. Bukan makan enak. Enak makan bisa makan semua yang disajikan. Makan enak hanya bisa menikmati jika makanannya yang disajikan yang lezat-lezat saja, tak peduli membahayakan tubuh. Begitu juga berwudlu yang mindful. Mulai membasuh tangan dan sela-sela jari, menikmati ketika sela-sela jari tergesek sesama jari, berkumur dan menghirup air ke dalam hidung, membasuh muka, nikmatnya ketika mata tercuci air setelah berjam-jam kerja di depan komputer. Atau berjam-jam menyetir mobil. Rasanya maknyes (untuk mata). Kalau maknyus untuk mulut. Lalu, membasuh tangan, mengusap rambut, membasuh telinga. Membasuh telinga yang mindful akan merasakan nikmatnya ketika telinga yang syarafnya jarang tersentuh ini, dipijit-dipijit. Bayangkan betapa besarnya manfaat wudlu yang mindful jika kita lakukan sehari minimal lima kali setiap kali kita hendak shalat. Begitu juga betapa besar manfaat membasuh dan menggosok sela-sela jari kaki setiap kali kita berwudlu. Syaratnya ya itu tadi: mindful. Sadar sepenuhnya, bukan sambil melamun pikiran ke mana-mana. Bagaimana shalat yang mindful. Paling enak jika kita melatihnya saat shalat sendiri. Misalnya tahajud atau shalat Dhuha atau rawatib. Lamanya suka-suka kita. Mau rukuk 10 menit terserah, mau sujud 20 menit monggo. Yang penting berkesadaran bahwa saat rukuk bertasbih kepada Allah, memujinya. Saat sujud benar-benar merasakan kepasrahan kita, ketundukan kita kepada Sang Pencipta. Di sinilah kita melatih tawadhuk, rendah hati, ndlosor di tanah, tunduk patuh kepadaNya. Jangan lupa di setiap rukuk, sujud bernapas yang panjang dan melepasnya pelan-pelan. Akan semakin memudahkan untuk mindful dan mendatangkan perasaan tenang yang luar biasa. Perpaduan ideal antara meditasi dengan spiritual. Apakah mindful sesuatu yang baru? Metodenya memang dikembangkan di mana-mana, ada yang mindfulness biasa tanpa iringan musik, wewangian. Ada yang lewat meditasi dan sebagainya. Bagi kita mindfulness juga sudah kita dapati di shalat kita, Hanya istilahnya saja yang beda. Kita mengenalnya tuma'ninah dan khusyuk. Intinya sama: kita disuruh being conscious atau aware bahwa kita sedang menghadapNya. Karena itu dilarang melamun dan pikiran kemana-mana. Fokus, tenang, meresapinya, memahaminya, menyadarinya. Itulah mindful, khusyuk. Manfaatnya luar biasa. Salah satunya mengeluarkan endorfin, hormon kebahagiaan. Gratis dari Allah. Cukup lewat tahajud yang mindful, yang khusyuk. Mari kita praktikkan di sepertiga malam nanti. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait