Pemilu dan Kedaulatan Rakyat

Sabtu 20-04-2019,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Begitu pelaksanaan Pemilu (Pemilihan Umum) 2019 usai, suasana di masyarakat terlihat agak berbeda. Begitu pula suasana di tingkat elite politik. Cukup terasa beda! Perbedaan itu muncul karena klaim-klaim dari berbagai pihak. Klaim pertama muncul dari kalangan surveyer. Dengan mengandalkan teknologi dan metode tertentu, serta mendapat fasilitas di berbagai media televisi nasional, para lembaga survei berani menyajikan hasil quick count yang isinya angka-angka persentase pasangan capres 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin terlihat unggul. Tentu hasil ini membentuk opini publik bahwa capres 01 unggul! Buktinya, banyak pendukung 01 yang melampiaskan kegembiraan dengan potong gundul. Klaim kedua muncul dari capres 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salhudin Uno. Secara tegas pasangan ini mendeklarasikan kemenangan. Mengaku menang telak dengan 62 persen keunggulan suara yang diperoleh lewat survei internal memakai exit poll. Hasil ini juga menggiring opini capres 02 menang! Kondisi berseberangan ini membuat tensi politik nasional memanas. Bahkan, lebih panas dari dugaan awal. Mereka saling klaim jagonya yang menang. Tapi, kondisi seperti ini tak berlarut. Aparat keamanan secara tegas menyatakan pemilu berjalan aman dan lancar. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan ini dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, belum lama ini. Tentu yang dilakukan aparat keamanan patut diacungi jempol. Memberi perhatian kepada rakyat atau elite politik untuk tidak membuat asumsi-asumsi. Tapi, persoalan ini belum selesai. Rakyat masih dibuat gelisah karena penghitungan suara belum berakhir. Kegelisahan itu ada banyak pemicunya. Kegelisahan terlihat besar pada kinerja KPU (Komisi Pemilihan Umum). Sebab, ada banyak rakyat yang mulai tidak percaya KPU. Ini terjadi setelah banyak persoalan surat suara sudah tercoblos sebelum pemilu dilaksanakan dan tidak terselesaikan dengan baik. Kegelisahan lain adalah ada pada persoalan C-1. Lembaran kunci penentu suara kemenangan para calon ada di form itu. Karena itu, berkali-kali soal C-1 ini jadi bahasan banyak orang. Sebab, sejak usainya penghitungan suara di TPS, soal C-1 ini belum pernah diperlihatkan ke masyarakat luas baik melalui media massa atau media-media lain. Sehingga, mereka yang berada di kelompok ini masih menganggap belum ada capres yang unggul. Di sisi lain, ada banyak pula rakyat masih percaya terhadap KPU. Mereka yang berada di kelompok ini dengan tegas menyatakan menunggu penghitungan riil suara hasil coblosan. Terbelahnya rakyat seperti ini wajar terjadi. Sebab, mereka sama-sama merasa sayang dan cinta kepada tanah airnya. Cinta kepada tumpah darahnya. Cinta kepada bangsa dan negaranya. Selain itu, semua rakyat merasa dirinya berdaulat. Sebab, di negara ini yang paling berdaulat memang rakyat. Bukan pemimpinnya. Bahkan, bukan para pemimpi. Sehingga, jika ada perbedaan, itulah kedaulatan hakiki yang dimiliki rakyat. Bukan aparat.(*)

Tags :
Kategori :

Terkait