SURABAYA - Fenomena ngelem yang merambah pelajar di Surabaya menjadi keprihatinan masyarakat, salah satunya Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya AKBP Suparti. Menurut Suparti, terkait kejadian ini anak tidak bisa disalahkan begitu saja. “Selama ini mereka dicap salah terus. Harusnya dicari benang merahnya, dari mana barang itu diperoleh,” tegas mantan Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya ini. Suparti melihat dari tiga kejadian di Surabaya, barang bukti yang diamankan sama yaitu lem cap Fox yang dikemas dalam plastik klip. “Ini yang masih dicari. Jangan-jangan mereka mendapatkan barang itu di tempat yang sama, atau memang sudah ada yang menyediakan,” ujar pamen berpangkat dua melati ini. Suparti melanjutkan, meski bukan termasuk narkoba tetapi efeknya bisa membuat pengguna merasa mual, halusimasi, pusing, muntah, mabuk, pingsan dan bisa fatal jika dikonsumsi berlebihan. “Karena lem yang dipakai mengandung zat adiktif yang membuat kecanduan. Dan ini bisa merusak organ tubuh di samping otak. Dikhawatirkan jika sudah kecanduan akan beralih ke narkotika,” jelas mantan Kapolsek Pabean Cantikan ini. Untuk itu, tambah Suparti, diharapkan adanya pendekatan agar anak-anak tidak terjerumus ke lingkungan dan pergaulan yang salah. “Bentuk pengawasan yaitu deteksi sejauh mana atas penyimpangan perilaku anak-anak,” pungkas Suparti. Upaya pencegahan dini sudah dilakukan BNNK Surabaya dengan melakukan sosialisasi kepada orang tua dan anak-anak terkait bahaya dari penggunaan lem tersebut. Terpisah, TH, salah satu pengguna lem menerangkan kepada Memorandum bahwa dirinya mengenal cara mabuk pahe (paket hemat) sebagai pengganti minuman keras. Dan informasi itu diperoleh dia dari mulut ke mulut. “Kalau beli miras mahal, jadi pakai lem sebagai gantinya. Mereka cerita harga terjangkau di kantong dan tidak ribet membelinya,” jelas TH. TH menambahkan, dengan harga per kaleng lem yang tak sampai Rp 20 ribu, bisa dibeli secara urunan dan dipakai bersama-sama. “Biasanya beli di toko bangunan,” ujar TH. Tidak hanya ngelem, lanjut TH, biasanya ia menghirup lem berbahan kimia itu, sembari menelan pil koplo dengan secangkir kopi. “Biasanya setelah dua tiga kali menghirup lem, lalu menelan pil koplo. Untuk mengurangi efek dari ngelem, biasanya saya mengonsumsi 5-10 butir. Tujuannya agar tenang dan euforia (senang) sesaat,” tambah TH. Lanjut TH, efek dari ngelem yang dirasakan kali pertama gendang telinga seperti mendengung, perasaan jadi was-was, tapi juga bisa membuat halusinasi lucu. Apalagi kalau sedang bergurau dengan teman. (fer/haj/nov)
Mabuk Pahe, Pengganti Miras
Sabtu 01-12-2018,05:24 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Sabtu 21-12-2024,11:36 WIB
Catatan Eko Yudiono: Persebaya vs Bali United, Adu Taktik Sepakbola ala Eropa dan Brasil
Sabtu 21-12-2024,14:27 WIB
Lebih dari 22.470 Masyarakat Gunakan Kereta Api pada Libur Nataru 2024/2025
Sabtu 21-12-2024,13:19 WIB
Cuaca Ekstrem, Polisi Jaga Keamanan Libur Nataru di Wisata Perairan Sidoarjo
Sabtu 21-12-2024,13:52 WIB
Jatim Borong 4 Penghargaan di APBD Award 2024, Bukti Komitmen Pengelolaan Anggaran Akuntabel dan Efisien
Sabtu 21-12-2024,18:27 WIB
Razia Gabungan di RHU Surabaya Barat, 93 Pengunjung Negatif Narkoba
Terkini
Minggu 22-12-2024,09:59 WIB
Bhabinkamtibmas Kebraon Ingatkan Bahaya Knalpot Brong, Ajak Bengkel Jalin Sinergi
Minggu 22-12-2024,09:27 WIB
Bentuk Generasi Penerus Berprestasi dan Berakhlak, Kapolsek Krembangan Ajak Pelajar Jauhi Narkoba
Minggu 22-12-2024,09:19 WIB
Kemenkumham Maluku Gelar Peringatan Hari Ibu Ke-96, Tekankan Peran Perempuan dalam Pembangunan
Minggu 22-12-2024,08:12 WIB
Polsek Gayungan Patroli Blue Light Cegah Balap Liar di Jalan Ahmad Yani
Minggu 22-12-2024,06:04 WIB