Sekda Meninggal, Belum Cukupkah?

Kamis 17-09-2020,17:01 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Ali Murtadlo Ketika pejabat-pejabat pusat melakukan koor bersama menghujat PSBB Gubernur Anies yang diberlakukan mulai 14 September lalu, wafatnya Sekda Jakarta Kamis kemarin, belum cukupkah untuk menjadi jawabannya? Bahwa covid ini benar-benar tidak bisa main-main. Nyata adanya. Jangan sekali-kali meremehkannya. Hari ini, kita mendengar salah satu putra terbaik kita, anak muda yang luar biasa DR Dino Patti Djalal, mantan wakil menteri luar negeri yang sukses menggelar Kongres Diaspora Indonesia, juga tengah mendapatkan penanganan serius karena covid. "Hari ini beliau telah dipindahkan ke ICU untuk perawatan khusus," kata siaran pers Forign Policy Community of Indonesia (FPCI), lembaga yang diketuai Dino. Dr Tirta yang mengaku berkawan dengan aspri Dino membenarkan berita ini. Kemarin, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengabarkan bahwa per 13 September, 115 dokter meninggal dunia karena covid. Di antaranya profesor, sebagian lainnya spesialis, sebagian lagi dokter-dokter yang masih di bawah 50 tahun. Sebelumnya lagi, Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin meninggal. Sebelumnya lagi, Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani wafat. Jika mereka saja yang punya akses terhadap fasilitas kesehatan akhirnya berpulang juga, bagaimana rakyat kecil? Itulah di antara komentar ketika para petinggi atau setidaknya pemilik akses kesehatan ini meninggal. Yang jelas, negeri ini sudah banyak kehilangan putra-putri terbaiknya. Akankah kita yang masih diberi kesempatan hidup ini, terutama yang diberi amanah mengelola negeri ini, termasuk amanah menangani pandemi ini, mempertengkarkan PSBB atau bukan PSBB. Bohong atau tidak bohong. Melakukan sidak dan menunjukkan masih banyak kamar di RS yang kosong, masih banyak kamar kosong di wisma atlet, lalu menunjukkan foto-fotonya, lalu melakukan siaran persnya, untuk apa? Lalu, besoknya dibalas dengan foto dan video antrean ambulans yang berderet memasuki wisma atlet disertai teks: banyak pasien covied baru menunggu masuk ke wisma atlet. Mengapa rakyat disuguhi tontonan begini? Di mana hati nurani? Mengapa tidak bisa menunda sedikit saja kepentingan yang lain ketika kepentingan hidup mati ini terus menghantui? Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkannya di hari pertanggungjawaban kelak? Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait