Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (32)

Minggu 13-09-2020,20:20 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Hadapi Jurus Malaikat Pencabut Nyawa yang Dicuri dari Langit

Jurus pecah tubuh yang Ghadi pakai tidak banyak membantu. Pangeran Sabrang Kali dengan ketiga bayangannya terus mengejar tanpa kenal lelah. Ghadi hanya sanggup menghindar tanpa berkesempatan membalas. Ghadi lantas memutuskan menghadapi musuh dengan jurus yang sangat jarang dia pakai. Elemen bumi. Jurus ini menjadikan pemakainya mampu meleburkan jati diri ke elemen bumi: air, tanah, udara, dan api. Dengan membaca mantra doa dan gerakan-gerakan kunci, Ghadi menjelmakan diri menjadi elemen yang dia sentuh. Pilihan ini tidak salah. Ghadi yang sewaktu-waktu bisa mengubah dirinya menjadi elemen bumi cukup membingungkan musuh. Keempat pengeroyoknya kocar-kacir. Ambyar. Detik pertama Ghadi menyerang musuh dalam wujud tanah, yang lantas menarik Pangeran Sabrang Kali kesatu ambles ke perut bumi. Detik berikutnya Ghadi mengubah diri jadi udara dan membentuk angin kencang yang menerbangkan Pengeran Sabrang Kali kedua jauh tinggi ke awang-awang. Detik ketiga Ghadi menyentuh air di kantong minum. Seketika tubuhnya berubah menjadi air bah dan menyeret Pangeran Sabrang Kali ketiga hingga tenggelam kehabisan napas. Tinggal satu. Ghadi berharap itu bukan Pangeran Sabrang Kali asli, melainkan hanya bayangannya, yang bisa pudar bila dijauhkan dari induknya selama tiga-empat menit. Ghadi pun bersiap mengubah diri menjadi api dengan menyerap sinar matahari. “Cukup. Ilmu itu sudah kuno. Percuma kau pakai untuk menghadapi aku,” tiba-tiba Pangeran Sabrang Kali memberi isyarat Ghadi untuk menghentikan serangan. Ghadi menurut. Demi menjaga sportivitas pertarungan. “Menyerah?” tanya Ghadi sinis, disambung senyum tipis. “Menyerah?” tanya balik Pangeran Sabrang Kali, “Maaf, kata itu tidak ada dalam kamusku.” “Aku masih punya segudang jurus untuk menghadapimu. Jangan terlalu berharap aku meyerah,” imbuh Pangeran Sabrang Kali sambil memejamkan mata. Sekejap kemudian tubuh Pangeran Sabrang Kali hilang, berubah menjadi kilatan cahaya yang berputar-putar di sekitar arena pertarungan. “Aku bukan pecundang yang menyerang di kala musuh belum siap. Kuberi kau kesempatan mempersiapkan diri,” sebuah suara terdengar entah dari mana. Suara Pangeran Sabrang Kali. Ghadi tersenyum. “Kuhargai sikap satriamu,” katanya sambil memikirkan jurus yang cocok untuk menghadapi jurus yang Ghadi yakini dicuri musuhnya dari atas langit: jurus malaikat pencabut nyawa. Ghadi sengaja mengolor-olor waktu sambil memeras otak: anasir/elemen apa yang bisa mengalahkan kekuatan cahaya. “Edyan. Tangguh juga dia,” batin Ghadi memuji ilmu musuh. Allah. Tiba-tiba saja nama yang sangat agung tersebut melintas di benak Ghadi. “Tapi bagaimana mengekspresikan sifat Allah ke dalam sebuah jurus?” Batin Ghadi terbolak-balik. Di tengah kondisi yang genting itu, Ghadi teringat ucapan Pakde Limin tentang ilmu tauhid. Bahwa tidak ada daya, upaya, dan kekuatan tanpa pertolongan Allah. Itulah hakikat keberadaaan manusia di mata Allah. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :

Terkait