Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (30)

Minggu 13-09-2020,02:31 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Ghadi Mendapat Julukan Baru, Pendekar Tapak Kaki Kuda

Pendekar Tapak Kaki Kuda. Itulah julukan baru yang disandangkan musuh-musuh yang pernah berhadapan vs Ghadi. Dengan kaki tersebut, Ghadi mampu bergerak lebih lincah dan kuat. Sudah dua pekan terjun ke medan tempur, Ghadi belum menemukan sinyal-sinyal di mana Laila ditawan. Pencarian kasatmata dan kekuatan batin dikerahkan, tapi belum juga ada setitik kecil pun petunjuk. Kesabaran Ghadi mulai diuji. Pemuda yang sebelumnya sangat santun menghadapi musuh itu kini berubah ganas. Tidak segan-segan dia penggal tangan, kaki, bahkan kepala musuh. Satu per satu ditanyai keberadaan Laila. Bila tidak mampu memberikan jawaban memuaskan, Ghadi langsung mengantarkan mereka ke alam barzah. “Di mana Pangeran Sabrang Kali?” begitu biasanya Ghadi menggiring pertanyaan. Bila yang ditanya menjawab tidak tahu, dia melanjutkan pertanyaan, “Lalu di mana Pangeran Sabrang Kali menyembunyikan Putri Laila?” Bila pertanyaan ini pun tidak segera dijawab, Ghadi langsung menuntaskan mereka. Ada yang dipenggal. Ada yang dadanya ditembus tombak. Ada yang kepalanya diinjak tapak kaki kuda. Dll. Dsb. Dst. Tidak ada yang sanggup menghadapi sepak terjang Ghadi. Dalam waktu singkat kehadirannya segera dikenal dan ditakuti. Dia dijuluki Pendekar Tapak Kaki Kuda. Mulanya sang pendekar tidak pernah membunuh musuh. Dia hanya melukai atau membuat pingsan. Kecuali para perwira dan panglima. Tidak ada ampun untuk mereka. Kekesalan karena tidak segera menemukan tempat penawanan Laila mengubah karakter Ghadi. Terakhir dia bahkan langsung bertanya kepada musuh, “Di mana Laila?” Bila ada yang menjawab, “Tidak tahu.” Atau diam saja, Ghadi spontan berkata, “Jawaban yang salah,” sambil memainkan tapak kaki kuda atau sabetan tongkat. Hingga musuh tersungkur meregang nyawa atau kepalanya putus disabet tongkat. Hampir lima harian amuk Ghadi memorakporandakan musuh. Sampai suatu hari muncul Pangeran Sabrang Kali menghadang langkahnya. “Jangan habiskan tenaga bermain-main dengan anak kecil,” kata Pangeran Sabrang Kali sambil  menahan sabetan tongkat Ghadi yang nyaris menyentuh leher anak buahnya. Ghadi menarik diri. Mundur tiga langkah. Waspada menghadapi Pangeran Sabrang Kali, yang tiba-tiba tertawa nyaring. “Ke mana kakimu Kisanak? Dimakan anak-anak ya? Jelek amat gantinya,” ejeknya disambung tawa panjang. Ghadi tersenyum, “Mau merasakan kedahsyatannya?” Pangeran Sabrang Kali tertawa lebih keras, “Menghadapi anak-anak saja kau harus kehilangan kaki, apa lagi yang akan kau serahkan kepadaku? Nyawa?” Ghadi tetap tersenyum. Matanya tajam menatap pupil mata lawan. “Ooo… kau mencari istrimu yang sangat cantik itu?” sambung Pangeran Sabrang Kali. Senyum Ghadi tiba-tiba menghilang. Tanpa ekspresi. “Langkahi dulu mayatku. Baru temui Laila yang memang cantik,” tegas Pangeran Sabrang Kali. (bersambung) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :

Terkait