Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (25)

Jumat 11-09-2020,15:15 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Lomba Membuat Bunyi “Nguk” Mayat di Aliran Kali Brantas

Kedahsyatan juga diperlihatkan pemuda Islam yang lain. Cowok yang selalu memekikkan kalimat Allahu akbar itu dikeroyok lima orang. Bukannya keder, dia malah menyambut serangan pengeroyoknya dengan senyum-senyum simpul. Puncak dari pertarungan, pemuda tadi bersedekap dan mematungkan diri. Tidak bergerak sama sekali. Ayunan celurit, pedang, dan potongan kayu dibiarkan bersliweran di sekitar tubuh tanpa sedikit pun menyentuh kulit. Kemudian dengan sekali hentakan kaki dan teriakan Allahu akbar, kelima orang pengeroyok bertumbangan. Pemuda tadi dengan tetap masih tersenyum melihat satu per satu musuhnya. Tanpa diduga, sebuah belati meluncur deras ke tengkuk pemuda Allahu akbar. Tampaknaya pemuda tersebut lengah. Mungkin terlalu larut dengan euphoria keberhasilan menjatuhkan lima pengeroyok. Untung Ghadi cepat bertindak. Embusan napasnya diarahkan ke arah belati. Wusss… berhasil sedikit membelokkan anah luncur. Tapi tak pelak, andai tetap dibiarkan, ujung belati tetap akan mengenai telinga sasaran. Belati masih mungkin memutus daun telinga sasaran. Ghadi spontan merapalkan doa mengubah diri menjadi bayangan dan menghadang laju belati. Berhasil. Ghadi dapat menangkap belati dengan kedua ujung jari. Jari telunjuk dan jari tengah. Melihat aksi yang dilakukan Ghadi, penyerang pemuda Islam tadi, lelaki paruh baya berambut hitam-putih, meloncat jauh dan memberi aba-aba teman-temannya untuk kabur. Ghadi berharap kejadian yang diyakini sebagai runtutan G30S PKI itu berlalu. Tapi ternyata tidak. Ghadi masih berada di tengah kejadian mengerikan tersebut hingga beberapa waktu ke depan. Ghadi sempat menyaksikan beberapa mayat ditemukan tergeletak di tangah jalan. Termasuk di Jalan Majapahit, jalan poros utama Kota Mojokerto. Sebagian lagi diketahui dibuang ke Kali Brantas. Mereka diidentifikasi sebagai jenazah tokoh-tokoh ormas Islam dan mayat orang-orang PKI. Ghadi juga melihat anak-anak kecil berlomba melempari mayat yang mengapung di sungai. Siapa yang berhasil mengenai sasaran dan membuat bunyi “nguk” dari mayat tadi, dialah yang didaulat sebagai juara. Ghadi sangat prihatin. Tapi, tidak mungkin dia melarang anak-anak untuk tidak melakukan hal konyol taadi. Dia hanya tersenyum kecut. Ghadi yang berdiri di simpang tiga pertemuan Kali Brantas dan Kali Juritan melihat dari arah Jombang mengapung belasan mayat. “Ini adalah tragedi terbesar bangsa Indonesia,” tiba-tiba sebuah suara terdengar di samping kanan Ghadi. Orang tadi melanjutkan, peristiwa semacam ini tidak tertutup kemungkinan bakal terulang bila bangsa Indonesia tidak waspada. “Saat ini bisa saja PKI dibubarkan. Tapi, PKI sebagai idiologi masih akan terusmenjadi ancaman. Itu tugasmu untuk mencegah agar tidak menjadi kenyataan,” imbuh suara tadi. Ghadi menoleh, tapi ternyata tidak ada seorang pun di dekatnya. Di samping kanan, kiri, maupun belakang. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :

Terkait