Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (11)

Minggu 06-09-2020,01:01 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Dihantam Angin Deras dari Segala Penjuru, lalu Samar dan Gelap

Paman Karim tidak setuju Laila dijodohkan dengan Pangeran Sabrang Kali. Dia tidak rela keponakannya yang cantik dikorbankan untuk memenuhi ambisi sang kakak. Karena itulah Paman Karim langsung mengiyakan ketika dimintai tolong Laila menikahkan dirinya vs Andik. Tapi bukan dia sendiri yang memimpin ijab kabul. Dia hanya menjadi wali Laila. Ijab kabulnya akan dipimpin teman sekaligus guru Paman Karim. Persiapan ijab kabul pun dilakukan. “Teman Paman akan tiba sebentar lagi,” kata Paman Karim. Saat itu mereka menunggu teman dan guru sang paman di ruang tamu. Saat ketiganya asyik terlibat obrolan ringan, dari jauh terdengar suara riuh rendah. Deru motor, ringkik kuda, dan teriakan bersahut-sahutan. Paman Karim melongok keluar diikuti Andik dan Laila. Dari jauh terlihat Pangeran Sabrang Kali dan prajuritnya. Pada saat yang sama tiba-tiba udara dingin menerpa. Angin menderu seperti mengitari halaman rumah Paman Karim. Mirip puting beliung. Dan hlap, entah dari mana datangnya, ujug-ujug ada sosok tegap berdiri di halaman. “Guru,” teriak Paman Karim. “Pakde,” tutur Andik. Lirih. Yang muncul ternyata Pakde Limin. “Peganglah jubahku,” pintanya. Paman Karim, Andik, dan Laila buru-buru memegang jubah Pakde Limin. “Pegang erat-erat,” kata Pakde Limin. Saat itu juga Andik merasa dihantam angin deras dari segala penjuru. Pandangannya berangsur memudar. Samar-samar terlihat Pangeran Sabrang Kali dan pasukannya bergerak menuju dan mengepung rumah Paman Karim. Mereka melemparkan tombak, melesatkan anak panah, dan menembaki rumah tersebut. Kemudian gelap. Pekat total. Beberapa saat kemudian berangsur muncul cahaya. Tampaknya dari balik perbukitan di belakang rumah Pakde Limin. Andik sudah hapal. Mereka berempat kini sudah berdiri di halaman belakang. “Kita laksanakan ijab kabul di tumahku,” kata Pakde Limin sambil menepuk pundak Andik, memandang Paman Karim, disambung senyum ke arah Laila. Menurut Pakde Limin, waktu mereka tidak banyak. Perang sudah pecah di banyak tempat. Sebagian besar perang saudara antara penguasa zalim yang didukung orang-orang munafik vs rakyat sendiri yang memperjuangkan keadilan. “Tidak hanya di dunia jin. Di dunia manusia juga. Tapi di dunia manusia masih terlokalisasi di Jazirah Arab. Tapi itu tak lama, dalam waktu dekat akan meluas ke bumi nuswantara kita,” kata Pakde Limin sambil menatap Andik. “Apakah aku harus segera balik ke dunia kita, Pakde?” tanya Andik.   “Tidak. Tugasmu di sini. Di dunia kita, seperti sering kita bahas, sudah banyak yang mengurusi dan memimpin. Pemimpin besar kaum muslim yang bakal mempersatukan seluruh umat manusia tidak lama lagi akan dibaiat,” kata Pakde Limin. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :

Terkait