Pengakuan Pelaku: Menjambret karena Butuh Uang

Sabtu 22-08-2020,11:51 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Hukuman yang paling menakutkan bagi penjambret adalah ditembak mati. Hal itu diucapkan Moch Zainal Arifin, pelaku perampasan di Jalan Darmo Harapan pada Juni tahun ini. Dalam aksinya, residivis itu gagal merampas tas, tapi mengakibatkan korbannya, Daru Ardya Wiati (40), driver ojek online warga Dukuh Kupang Barat, tewas. Meski begitu tidak membuat Zainal menyesal telah melakukan perampasan. Dia kembali merampas tas seorang wanita di Jalan Sukomanunggal beberapa hari setelah kejadian pertama. Setelah berhasil, Zainal yang beraksi seorang diri tersebut kabur dan akhirnya tertangkap polisi dibantu warga di depan gang rumahnya. Zainal mengaku, saat ini dia sangat menyesal, tapi tidak kemungkinan akan melakukan perampasan lagi di jalanan. "Saya melakukan perampasan karena butuh uang untuk makan sehari-hari," ungkap Zainal kepada Memorandum. Kesehariannya, laki-laki berperawakan gempal ini mengerjakan instalasi listrik ikut kakeknya. Tapi jika ada orderan saja, setelah itu dia akan menganggur lagi. Selain itu, dari membantu kakeknya tersebut, Zainal  mendapat komisi sebesar Rp 50 ribu dan dirasa kurang. "Saya tidak punya uang, ya akhirnya njambret Pak," bebernya. Zainal mengaku, sasaran penjambretan yang dilakukan mayoritas adalah wanita karena dianggap lemah, tidak melawan dan terkadang sering ceroboh saat membawa HP atau tas. "Saya tidak punya trik khusus saat menjambret. Hanya bermodal keberanian saja," tutur Zainal. Meski penjahat jalanan, Zainal, merasa takut jika dirinya ditembak mati. Bahkan, dia keder meski hanya dilubangi kakinya dengan timah panas. "Saya takut kalau ditembak mati  Pak," ucap Zainal, warga Jalan Donowati, Sukomanunggal ini. Zainal beralasan, para penjahat jalanan merampas tas karena tidak punya dan butuh uang, pun mereka juga pengangguran. Hingga jalan satu-satunya agar memiliki uang yakni menjambret. Ada keinginan Zainal, suatu saat bertaubat dan tidak merampas lagi. Dia juga ingin mencari pekerjaan halal. Tapi, Zainal bingung mau melamar pekerjaan ke mana karena dia hanya lulusan SD. Sebenarnya, Zainal ingin meminta maaf kepada keluarga korban yang tewas gegara perbuatannya. "Saya hanya mengincar barangnya saja dan tidak berniat mencelakai. Saya juga tidak mengetahui jika korban meninggal setelah apa yang saya lakukan," imbuhnya. Tapi, Zainal pesimis karena keluarga korban belum tentu menerima permintaan maafnya. "Keluarganya pasti enggan memaafkan. Saya juga takut karena memang penyebab kematian korban karena perbuatan saya,” ujar anak pertama dari empat bersaudara ini. Berdasarkan catatan kepolisian, Zainal sudah tiga kali dibui atas kasus serupa. Perbuatan itu membuatnya menjalani hukuman di Lapas Blitar hingga dua kali dan di Rutan Medaeng. Tak hanya itu, Zainal ternyata juga anak pelaku perampasan dan bapaknya lebih dulu ditembak mati anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya. (rio/nov)

Tags :
Kategori :

Terkait