“Gaji” Istrimu Jauh Lebih Besar Darimu

Rabu 22-07-2020,17:01 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Usai makan bersama istri dan anak-anaknya, seorang suami dimintai tolong istrinya untuk membantu mencuci piring. Satu anaknya yang masih di play group dan satu lagi masih baby, masih belum bisa diharapkan untuk pekerjaan itu. "Saya tidak akan membantumu. Ini adalah tugasmu. Saya baru pulang kerja. Tahu penghasilanku, 3,500 dolar per jam," katanya. "Jika kamu sudah berpenghasilan sebesar itu, saya baru akan membantumu," katanya sambil menyatakan kekecewaaannya karena menganggap sang istri tidak menghargai suaminya yang mengaku lelah baru pulang kerja. Sehari setelah kejadian itu, sang suami, seusai jam kantor tidak langsung pulang. Dia merasa bete kurang dihargai oleh istrinya. Dia memilih mampir minum dulu di bar. Di situ, dia bertemu sahabatnya. "Tumben bro, kamu ke sini," kata sahabatnya. "Saya lagi kecewa sama istri.. Sepulang kerja kemarin, usai makan malam, dia minta tolong bantu mencuci piring, saya katakan saya baru akan mencuci piring, jika kamu sudah berpenghasilan 3,500 dolar per jam," katanya. Apa jawab sahabatnya? "Berarti mulai sekarang kamu harus bantu dia," kata sahabatnya. Sang suami bengong. "Maksudmu Bro?" katanya. "Ya jelaslah istrimu berpenghasilan jauh lebih besar dari kamu yang satu jam 3,500 dolar," kata sahabatnya. "Coba hitung. Sebelum kamu bangun, dia sudah berada di dapur menyiapkan breakfast-mu. Kamu nilai berapa dolar itu? Lalu, mencuci pakaian kotormu. Kamu nilai berapa dolar itu, Lalu, menyiapkan pakainmu, kaos kakimu, dasimu. Berapa dolar itu?" Di tengah kesibukan itu, kata sahabatnya, "anakmu ya pertama tiba-tiba muncul. Dia menyambutnya dengan senyuman, dan mengantarnya ke kamar mandi. Sempatkah kamu membantunya mandi. Bukankah kamu sendiri bangun terlambat dan tergopoh mandi, berpakaian lalu, sarapan," katanya. "Coba kamu valuasi sendiri, berapa nilai bayaran untuk itu?" katanya. Ketika sedang makan bersama itu, sang istri segera beranjak ke kamar karena mendengar tangis bayinya. "Coba berapa kau nilai bayaran yang pantas untuk mengurus bayi. Sekali-kali kau tanyakan berapa gaji seorang nanny (baby sitter)," katanya. "Bedanya sama kamu Bro. Kamu dapat paycheck. Istrimu tidak. Tapi, sesungguhnya, gaji istrimu jauh lebih besar darimu," katanya. "Dulu aku juga seperti kamu terhadap pekerjaan istriku. Tapi, sejak dia meninggal, saya baru menyadari betapa beratnya menjadi manajer rumah tangga," katanya. "Satu lagi Bro, gajimu yang kau anggap besar itu, ternyata tidak cukup untuk mengurus semua kebutuhan rumah. Saya baru tahu itu, setelah dia tidak ada. Dan, saya harus membeli semua kebutuhan itu, ya listrik, air, makan, sekolah, uang saku anak-anak. Saya telat menghargainya setelah dia sudah tidak ada. Dulu, saya sempat menganggapnya, boros. Cepat pulanglah, bantu istrimu. Tak usah menunggu seperti aku, setelah dia tidak ada. Menyesal nantinya," katanya. Apa pelajarannya? Istri kita sebenarnya berpenghasilan jauh melebihi kita. Bedanya: Anda mendapat gaji nyata. Sedangkan, istri kita, tidak mendapat gaji dari siapa saja, termasuk dari kita. Mari hargai istri yang di rumah. Dan para istri: banggalah menjadi Ibu Rumah Tangga. Itu sungguh pekerjaan yang amat mulia. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait