Oleh Dahlan Iskan
Ini mengejutkan tapi tidak ada yang terkejut. Paling lambat besok, Indonesia sudah mengalahkan Tiongkok. Yakni dalam hal jumlah orang yang terkena Covid-19.
Tak terbayangkan sama sekali. Kejutan itu amat besar. Mestinya. Tapi juga tidak lagi membuat hati tergetar.
Padahal, duluuu, ketika jumlah penderita Covid-19 di Tiongkok naik terus mencapai 50.000 kita di Indonesia sangat tergetar. Apalagi ketika kemudian menjadi 60.000 dan naik lagi jadi 75.000.
Sampai-sampai banyak yang kirim ucapan penyemangat ke Tiongkok: 加油! Artinya: naikkan semangat! Yakni ucapan simpati dari kita agar Tiongkok tidak kehilangan harapan. Juga agar tidak putus asa dalam mengatasi virus baru ini.
Kelompok-kelompok masyarakat, terutama kelompok Tionghoa, bikin video 加油 itu. Diteruskan berdamai-ramai dengan suara lantang. Lalu video itu diposting di medsos.
Banyak juga yang meneriakkan 武汉加油!Bersemangatlah Wuhan!
Lockdown total di kota Wuhan pun berhasil. Covid-19 terkendali. Dua bulan beres. Mereka menderita sekali. Tapi punya harapan kapan akan selesai.
Ketika Wuhan --dan seluruh Tiongkok-- selesai dengan urusan Covid kesan kita kuat: kasihan Wuhan. Kasihan Tiongkok. Tapi juga pujian: hebat Wuhan. Hebat Tiongkok.
Tapi lebih hebat lagi kita.
Tidak ada yang terkena Covid-19. Waktu itu. Covid-19 tidak akan masuk Indonesia. Waktu itu.
Teman-teman saya dari Singapura tiba di Indonesia dengan perasaan merdeka dari tekanan. Mereka juga tidak mengira Indonesia menjadi seperti sekarang.
Tulisan ini agak terlalu nyinyir. Padahal tulisan ini hanya untuk menjadi catatan saja bahwa besok, paling lambat, angka Covid-19 kita sudah mengalahkan Tiongkok.
Kemarin angka kita sudah 81.000 orang. Tiongkok masih 83.000. Tapi pertambahan angka di sana hanya satu digit. Setiap hari. Kemarin hanya tambah delapan orang. Itu pun lebih karena virus yang dibawa dari luar ngeri.
Sedang di kita angka itu di atas 1.000 orang sehari.
Tidak ada yang kaget dengan angka kita akan melampaui Tiongkok. Tidak ada yang waswas. Semua biasa-biasa saja.
Mungkin masyarakat sudah lelah. Sudah kehabisan nafas. Juga kehabisan energi. Koordinasi menjadi kian sulit. Wabah besar ini ternyata tidak melahirkan terobosan besar apa-apa.
Tetaplah sehat. Kita tahu vaksin memang sudah ditemukan. Tapi masih akan lama bisa digunakan. Paling cepat akhir tahun ini. Itu pun di Tiongkok. Sedang vaksin dari dunia barat kelihatannya baru awal tahun depan.
Tetaplah sehat.
Ranking kita sudah segera di atas Tiongkok. Tanpa melalui tahapan yang mengejutkan.
Kita pernah banyak membuat slogan 加油, atau 武汉加油。Itu karena kita tahu di sana orang lagi habis-habisan menghadapi pandemi.
Adakah kita, setelah melewati angka Tiongkok, akan menerima slogan penyemangat dari sana? Akankah kita baca 印尼加油! ?Bersemangatlah Indonesia!?
Mereka, waktu itu, bisa bersemangat karena energi masih cukup. Kalau kita baru sekarang diseru untuk bersemangat, bukankah energinya sudah terkuras? Termasuk oleh pertentangan, ego, dan drama-drama?
Tetaplah sehat.
Jangan terlalu khawatir.
Dalam dunia tinju dikenal istilah second wind. Petinju yang sudah sempoyongan kadang bisa dapat angin kedua. Lalu bisa berbalik di atas angin. Lalu menang.
Teruslah sehat.
Kita bisa menciptakan sendiri angin kedua itu.
Kalau tidak ada angin dari atas kita bisa bertiup bersama-sama untuk menciptakan angin kedua itu.
Asal jangan hanya ramai-ramai bersiul. (Dahlan Iskan)