Karena Orang Ketiga: Luka yang Tak Bisa Dipulihkan (3)

Senin 22-12-2025,09:00 WIB
Reporter : Anis Tiana Pottag
Editor : Ferry Ardi Setiawan

HUJAN turun malam itu, seperti ikut menangis untuk semua hati yang telah retak. Bintang duduk termenung di dalam mobil yang terparkir di depan rumah kontrakan kecil, tempat ia kini tinggal sendirian. Sementara itu, Bulan berada di rumah masa kecilnya, berusaha membangun hidup baru bersama anak-anaknya.

BACA JUGA:Karena Orang Ketiga: Ketika Cinta Lama Tak Lagi Rahasia (2)

Perceraian telah resmi diketuk palu dua bulan lalu. Namun, rasa sakitnya masih segar, seperti luka yang terus terbuka.


Mini Kidi--

“Ayah kapan pulang?” tanya suara kecil lewat pesan suara dari ponsel. Itu suara Putri, anak keduanya. Bintang menatap layar dengan mata basah. Ia memutar pesan itu berulang kali.

Sementara itu, di rumah Bulan, suasana tak lebih baik. Anak-anak sering bertanya mengapa ayah tak lagi tinggal bersama. Bulan sudah mencoba menjelaskan dengan sederhana, tanpa menyalahkan siapa pun. Tapi luka di hati anak-anak bukan hal yang mudah ditambal dengan kata-kata.

BACA JUGA:Karena Orang Ketiga: Retak yang Tak Terlihat (1)  

“Aku harus bagaimana, Bu?” keluh Bulan kepada ibunya. “Aku tahu aku sudah bertahan sejauh mungkin. Tapi saat kepercayaan hilang, semuanya berubah.”

Sang ibu mengelus rambutnya. “Kadang, bukan tentang siapa yang salah. Tapi tentang siapa yang sadar lebih dulu bahwa ini sudah tak bisa dilanjutkan tanpa saling menyakiti.”

Bintang di sisi lain, mulai menyadari bahwa kebersamaannya dengan orang ketiga yang dulu terasa seperti pelarian, kini terasa hampa. Ia sadar, cinta yang dibangun di atas reruntuhan tak akan pernah berdiri kokoh. Terlebih ketika ia tahu dari media sosial bahwa perempuan itu kini menjalin hubungan dengan orang lain.

Ironi.

Suatu hari, tanpa rencana, Bintang datang ke sekolah untuk melihat anaknya pentas seni. Ia duduk jauh di belakang, tak ingin mengganggu. Tapi saat melihat anak sulungnya menyanyikan lagu tentang keluarga, air matanya jatuh tak terbendung.

“Anak-anak tak pernah minta dilahirkan dari orang tua yang saling menyakiti,” gumamnya.

Setelah acara selesai, ia hanya menatap dari kejauhan saat Bulan menggandeng ketiga anaknya pulang. Tak ada yang menoleh padanya. Tak ada pelukan. Tak ada panggilan “Ayah”.

Bintang sadar, penyesalan memang selalu datang belakangan. Tapi ia juga tahu, tak ada kata terlambat untuk berubah.

Tags :
Kategori :

Terkait