Mohon Maaf, Terimakasih!

Senin 22-06-2020,15:43 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Salam, terimakasih, mohon maaf. Kata-kata yang sangat mudah diucapkan tapi lerap kita lalaikan. Coba kita ingat-ingat hari ini saja: ketika sarapan dan makan siang tadi, sudahkah kita mengucapkan terimakasih kepada asisten rumah tangga yang menyiapkannya. Ketika mengisi bensin tadi, sudahkah kita mengucapkan terimakasih kepada petugasnya. Ketika bayar belanjaan di supermarket, sudahkah kita mengucapkan terimakasih kepada kasirnya. Ketika bayar tiket parkir, tidak lupakah kita mengucapkan terimakasih? Kepada security yang membukakan pintu, sudahkah kita sampaikan terimakasih. Kepada anak buah yang memberikan update keuangan, sudahkah kita mengucapkan terima kasih? Mengapa sering lalai? Karena merasa tidak perlu. Ada perasaan: kan sudah digaji. Kan sudah dibayar. Kan, memang tugasnya. Kita fasih dan mudah berterimakasih jika mendapat compliment seperti: Bro, presentasimu tadi excellent. Wuih, mainmu hari ini cakep luar biasa. Tapi, bagaimana jika dikritik? "Bro, kamu ga siap ya, tumben presentasimu jelek." Bisakah kita tetap mengucapkan terimakasih dan tidak kick back pengkritik misalnya dengan, "Thanks Bro. Saya perbaiki lagi." Atau pernahkah mendapat kritikan paling pedas seperti, "Itu ide terbodoh yang pernah saya dengar." Panas? Serang balik? Jangan. Tetaplah cool dan berterima kasihlah. Jika bisa mengontrol diri meski diserang seperti itu, Anda akan kelihatan keren. Pernah ngejim lalu ketemu sesama member dan digurui begini caranya, begitu caranya. Kadang, kita jengkel mendengarnya, apalagi kalau kita merasa lebih mahir. Bisakah kita tetap mengapresiasi. "Oh gitu ya, ok oke, thanks Bro," kelihatan lebih bersahabat katimbang," sok tahu lu, dah berapa lama di sini?" Mohon maaf? Mudah diucapkan tapi kadang sulit diterapkan, apalagi kalau sudah mencampuradukkan dengan gengsi, pangkat, strata kelas dan sebagainya. Inilah 5 alasan mengapa orang sulit mengatakan "maaf" seperti ditulis Guy Winch PhD di Psychology Today, 29 Mei 2013.° 1. Tidak mengakui salah, buat apa minta maaf 2. Malu mengakui salah 3. Takut membuka konflik begitu mengaku salah 4. Takut dimintai pertanggungjawaban begitu mengakui salah 5. Tak mengaku salah agar merasa berhak untuk marah. Padahal, memaafkan, menurut Henry Boye, dalam The Power of an Apology, mempunyai banyak manfaat. 1. Dia tidak sakit hati lagi hanya karena kamu mengatakan:"sorry". 2. Perbaiki kepercayaan 3. Permintaan maaf yang tulus akan membuka sinar baru hubungan Anda 4. Seperti dikatakan Guy Winch, psikolog dan penulis buku Emotional First Aid, permintaan maaf bisa menyembuhkan luka yang tersakiti dan segera membuat move on ya menyakiti. Mari bergembira menjadi orang yang mudah memaafkan dan berterimakasih. Hati tenang, orang lain pun senang.(*) *Ali Murtadlo, Kabar Gembira Zindonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait