“Kami berterima kasih atas kesigapan Tugu Tirta. Di wilayah kami air masih mengalir, walau kecil. Saat kebocoran terakhir sempat mati, tapi sudah kembali normal setelah setengah hari. Ini berkat kerja cepat petugas di lapangan,” ujarnya.
Sementara, Ketua RW 09 Jatimulyo, Pras memberikan masukan agar kedepan pihak pelaksana proyek drainase juga dapat dilibatkan dalam forum serupa.
"Semua hal yang bisa dilakukan sudah dilakukan Tugu Tirta. Ke depan, koordinasi dengan pihak proyek perlu diperkuat agar penanganan bisa lebih efektif,” katanya.
Menanggapi hal itu, Dirut Priyo menyambut positif. “Kami sangat terbuka untuk berkolaborasi. Bila nanti pihak kecamatan mengundang pelaksana proyek, kami siap hadir bersama. Ini bagian dari komitmen kami untuk terus memperbaiki pelayanan,” tegasnya.
Langkah Strategis
Sejak proyek drainase berjalan, berbagai langkah strategis telah dilakukan Perumda Tugu Tirta untuk meminimalkan dampak gangguan.
Langkah tersebut di antaranya, melakukan koordinasi aktif dengan pelaksana proyek untuk mengamankan jalur pipa distribusi dan menyiagakan tim tanggap darurat 24 jam, termasuk pengawalan pekerjaan malam hari.
Selain itu, juga menyampaikan informasi proaktif melalui kanal resmi Tugu Tirta dan siaran Radio City Guide. Serta, menyediakan layanan tangki air gratis di Kelurahan Jatimulyo, Tulusrejo, dan Mojolangu.
Yang tak kalah pentingnya adalah melakukan flushing (pengurasan) di sejumlah titik untuk mempercepat normalisasi aliran pasca-perbaikan.
“Kami mohon doa dan pengertian masyarakat. Kami akan terus berupaya agar distribusi air kembali normal secepat mungkin. Situasi ini menjadi tantangan bagi kami untuk tetap sigap dan tangguh dalam melayani,” tutur Priyo Sudibyo.
Perumda Tugu Tirta mengimbau warga di area terdampak untuk menampung air sebagai cadangan, terutama karena pekerjaan proyek drainase sebagian besar dilakukan pada malam hari, antara pukul 20.00 WIB hingga menjelang subuh, dan ini merupakan waktu paling rawan terjadinya kebocoran pipa. (ptt/ari)