Melihat kualitas pengelolaan yang baik ini, Reni optimis program MBG akan terlaksana sesuai dengan tujuannya. Terkait adanya insiden keracunan di tempat lain, ia mengapresiasi langkah pemerintah yang segera menutup SPPG bermasalah tersebut sebagai langkah yang tepat.
Ke depan, Reni menyarankan agar Badan Gizi Nasional (BGN) mencari SPPG yang dapat dijadikan model percontohan nasional.
“Saya kira, SPPG Nikmat Barokah ini bisa dijadikan model. Sehingga SPPG-SPPG yang akan didirikan di tempat lain punya rujukan nyata, tidak hanya sekadar teori SOP di atas kertas saja,” tegasnya.
Sementara itu, Yayuk Eko Agustin selaku owner SPPG Nikmat Barokah menjelaskan bahwa dapur gizi miliknya mendistribusikan sebanyak 3.960 paket makanan. Paket siap santap itu disalurkan ke 9 sekolah, baik SD dan SMP di wilayah terdekat.
Untuk mendukung operasional yang masif ini, Yayuk mempekerjakan 50 warga setempat yang memiliki keahlian. Mereka bekerja selama delapan jam tanpa shift di dapur yang memiliki luas 450 meter persegi itu.
“Kami sangat mengedepankan proses yang steril, higienis, fresh, dan tentunya memiliki kandungan gizi yang memadai. Kami mulai bekerja pukul 02.00 dini hari, dari mencuci ompreng hingga menyiapkan makanan. Kami ingin makanan tersaji dalam keadaan fresh,” jelas Yayuk.
BACA JUGA:Anggota DPR RI Reni Astuti Silaturahmi ke Kantor Memorandum, Diskusi Berbagai Isu Strategis
Pengiriman makanan ke sekolah-sekolah terbagi menjadi dua sesi, yaitu pada pukul 09.00 dan 11.00. Hal ini memastikan makanan sampai tepat waktu dan dalam kondisi terbaik.
“Saya ini niatnya untuk ibadah. Jika niatnya itu ibadah, maka akan terasa enak, semua berjalan sesuai dengan rencana,” tuntas Yayuk. (bin)