TULUNGAGUNG, MEMORANDUM.CO.ID - Warga Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, digegerkan dengan temuan seekor Paus Balin (Balaenoptera) yang mati terdampar di Pantai Nglarap, wilayah setempat.
Bangkai mamalia laut sepanjang 7 meter itu ditemukan, Senin 22 September 2025, oleh seorang petani yang beraktivitas di sekitar pantai.
BACA JUGA:Bangkai Paus Sperma Sepanjang 20 Meter Akhirnya Dikubur di Bibir Pantai Situbondo
Mini Kidi--
Koordinator Pos Keamanan Laut Terpadu (Kamladu) Popoh, Aipda Maryanto, membenarkan laporan tersebut.
Maryanto menjelaskan, pihaknya sempat melakukan berbagai upaya evakuasi, namun terkendala medan pantai yang cukup sulit.
“Alat berat tidak bisa masuk ke kawasan pantai, sedangkan upaya penggalian manual juga tidak memungkinkan karena keterbatasan tenaga. Jadi untuk sementara bangkai hanya diikat agar tidak kembali hanyut ke laut,” terangnya, Rabu, 24 September 2025.
BACA JUGA:Bangkai Paus Panjang 20 Meter Terdampar di Bibir Pantai Perairan Situbondo jadi Tontonan Warga
Kasus ini kemudian ditangani oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar.
Koordinator BPSPL Denpasar Satker Surabaya, Suwardi, menegaskan bahwa Paus Balin termasuk satwa yang dilindungi, sehingga penanganan bangkai pun harus mengikuti prosedur tertentu.
“Pilihan metode biasanya bisa dikubur, dibakar, ditenggelamkan, atau dibiarkan terurai secara alami. Tapi di lokasi ini penguburan tidak memungkinkan karena butuh alat berat, pembakaran juga tidak bisa, dan penenggelaman terkendala kapal yang sulit merapat. Jadi opsi yang paling realistis adalah dibiarkan membusuk alami,” paparnya.
BACA JUGA:Bangkai Paus Sepanjang 20 Meter Terapung di Perairan Situbondo
Suwardi menjelaskan, karena lokasi pantai cukup jauh dari pemukiman, keberadaan bangkai tersebut diperkirakan tidak akan terlalu mengganggu.
Proses pembusukan alami kemungkinan memakan waktu hingga dua minggu. Maka, pihaknya mengimbau warga untuk tidak mendekati bangkai paus.
“Penyebab kematian paus belum diketahui, jadi tetap ada risiko penularan penyakit. Paus itu mamalia berdarah panas, jadi potensi risikonya mirip dengan manusia,” tegasnya.