Akan tetapi, tanpa pengawasan ketat, mekanisme distribusi yang jelas, dan transparansi dalam pengelolaan anggaran, cita-cita luhur tersebut bisa berubah menjadi bumerang.
Di sinilah peran semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pengawas, maupun masyarakat, menjadi sangat penting untuk memastikan program berjalan sesuai rencana.
Pengawasan yang ketat tidak berarti mencari kesalahan, melainkan untuk menutup celah terjadinya penyimpangan.
Teknologi digital dapat menjadi alat bantu, misalnya dengan sistem pelaporan berbasis aplikasi yang transparan dan dapat diakses publik.
Selain itu, keterlibatan sekolah, komite orang tua, dan tenaga kesehatan lokal juga krusial untuk memastikan makanan yang diberikan benar-benar layak, sehat, dan aman dikonsumsi.
Jangan sampai program besar ini berhenti pada tataran slogan.
Lebih buruk lagi, jangan sampai masyarakat memberi label sinis seperti “Makan Bermasalah Gratis” alih-alih “Makan Bergizi Gratis”.
Harapan besar masyarakat terhadap program ini harus dijawab dengan keseriusan pelaksanaan. Evaluasi bukan berarti kegagalan, melainkan langkah penting agar tujuan awal, yakni menyehatkan anak-anak Indonesia, benar-benar terwujud.
Presiden Prabowo tentu ingin meninggalkan warisan positif dalam bidang pembangunan manusia.
Untuk itu, perbaikan sistem, peningkatan kualitas bahan pangan, dan pengawasan distribusi harus menjadi prioritas.
Dengan pengelolaan yang lebih matang, program MBG tidak hanya akan membantu menekan angka stunting, tetapi juga menjadi salah satu tonggak penting dalam mencetak generasi emas Indonesia di masa depan.
Singkatnya, Program Makan Bergizi Gratis adalah ide baik yang harus dijaga, diperbaiki, dan diawasi bersama-sama.
Dengan kolaborasi seluruh elemen bangsa, program ini bisa benar-benar menjadi solusi, bukan sumber masalah. Semoga langkah evaluasi dan pembenahan yang dilakukan segera membawa hasil nyata bagi anak-anak Indonesia.