"Menyadarkan masyarakat, logikanya kalau sampah makanan banyak, dibuang ke TPA dan ada biaya transport. Pemkot harus bayar tipping fee. Semakin banyak sampah yang dibuang semakin banyak uang yang harus dibayar. Kedua, sampah makanan sangat berdampak pada pemanasan global. Perubahan iklim dan segalanya karena mengeluarkan gas metan yang daya rusaknya jauh melebihi CO2," jelasnya.
BACA JUGA:Ketua RT Mencak-mencak, Banyak Warga Wonokromo Tangkis Membuang Sampah di Irigasi
Meskipun mengakui bahwa tempat pengolahan sampah dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (TPS 3R) di Surabaya lebih baik dibandingkan daerah lain karena petugas pemilah sampah digaji oleh Pemkot Surabaya, Wawan menyayangkan belum optimalnya fungsi TPS 3R di Kedung Cowek.
BACA JUGA:Surabaya Diguyur Hujan, Tumpukan Sampah Menumpuk di Pintu Air
"Menurut saya pengelolaan sampah sudah tidak saatnya lagi pakai gerobak dan TPS. Kalau bisa rumah kompos, TPS-TPS dirubah jadi rumah kompos, tinggal dibuat atap saja karena tegnologinya sudah ada. Kedung Cowek sudah ada TPS 3R. Belum bisa," tutupnya. (rio)