Warga Mengeluh Sampah di Sepanjang Kedung Cowek, Butuh Petugas Kebersihan

Minggu 19-01-2025,20:33 WIB
Reporter : Oskar Rio
Editor : Ferry Ardi Setiawan

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Kondisi memprihatinkan terlihat di sepanjang Jalan Kedung Cowek. Sampah menumpuk dan berserakan di pinggir jalan, menimbulkan pemandangan yang tidak sedap.  

BACA JUGA:DLH Surabaya Perangi Sampah Organik, Kerja Sama dengan Masyarakat Jadi Kunci

Warga setempat, Wanto dari Kedinding Lor, mengungkapkan bahwa selama ini warga terpaksa membersihkan sampah sendiri karena minimnya petugas kebersihan.

"Selama ini memang tidak ada petugas kebersihan di Kedung Cowek. Namun beberapa hari kemudian petugas kebersihan baru mengambil sampah. Diangkut oleh truk ke TPS Tambak Wedi," jelas Wanto saat ditemui sedang membersihkan sampah di samping Samsat Kedung Cowek. 

BACA JUGA:TPS Jalan Jetis Overload, Sampah Berserakan dan Kumuh

Ia membandingkan kondisi saat ini dengan masa lalu, di mana petugas kebersihan secara rutin membersihkan jalan sehingga terbebas dari sampah.  

"Jadi diperlukan juga petugas kebersihan. Biasanya ada beberapa yang standby di jalan. Sekarang warga sendiri yang membersihkan sampah, dikumpulkan sampai menumpuk. Beberapa hari baru diambil oleh petugas DLH menggunakan truk," tambahnya.

BACA JUGA:Sistem Pengelolaan Sampah TPA Benowo, Model Nasional untuk Atasi Masalah Sampah 

Sementara itu, Wawan Some, Koordinator Komunitas Nol Sampah, menyoroti permasalahan tempat pembuangan sampah (TPS) yang terkonsentrasi di tengah kota.  Ia menekankan pentingnya pengolahan sampah di tingkat kampung. 

"Masalah TPS ada di tengah kota. Tidak ada yang mau ketempatan. Kuncinya bagaimana sampah itu diolah di kampung. Jadi kalau di kampung tidak punya lahan TPS 3R, kampungnya dikuatkan. Bikin komposter, diapori. Ini kan skala kampung, sampah rumah tangga yang memang harus dilakukan," papar Wawan.

BACA JUGA:Menko Pangan Apresiasi Inovasi TPA Benowo Surabaya, Ekonomi Sirkular Solusi Masalah Sampah Nasional 

Wawan juga mengkritik rencana pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) baru.  Ia berpendapat bahwa Surabaya seharusnya lebih fokus pada pengolahan sampah di tingkat rumah tangga dan kampung, bukan hanya bergantung pada TPA.  

"Seharusnya Surabaya harus fokus itu, jangan fokus TPA karena saya dengar akan bangun TPA. Saya protes," tegasnya.

BACA JUGA:Dua TPS3R Baru Mulai Beroperasi, Kurangi Sampah hingga 12 Ton per Hari 

Wawan menjelaskan dampak negatif dari membuang sampah makanan ke TPA, antara lain biaya transportasi yang tinggi (tipping fee) dan dampak lingkungan berupa emisi gas metan yang berbahaya.  Ia juga menyarankan agar sistem pengelolaan sampah ditingkatkan dengan mengganti sistem gerobak dan TPS konvensional dengan sistem kompos rumah tangga dan TPS yang dimodifikasi menjadi tempat kompos.

Kategori :