Kini desa di wilayah Kecamatan Panceng ternyata mampu berbenah dan mensejahterakan warganya. Desa Doudo kini menjadi penghasil penghasil sayur mayur, hingga desa yang mampu membudidayakan makanan olahan dari jambu dan biji mente. Bahkan di tengah kampung yang berdekatan dengan akses Gresik-Lamongan ini, mempunyai tempat wisata edukasi.
BACA JUGA:PT Pertamina EP Asset 4 Maksimalkan Target
“Kini sumber air desa yang kami miliki mampu memasok kebutuhan air bersih warga. Dan kini merubah segalanya menjadi jauh lebih baik,” ucap Pak Tomo bangga.
Warga Desa Doudo melaksanakan salat Jumat di masjid desa.-Rahmad Hidayat-
Doudo terletak di Kecamatan Panceng. Desa ini berbatasan dengan Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah di sebelah utara, Desa Gedangan, Kecamatan Sidayu, di sebelah tenggara, dan Desa Wotan, Kecamatan Panceng di sebelah barat.
Kehadirian PT Pertamina EP Poleng Field bersama pemerintahan desa dan kelompok binaan Pokdarwis Doudo, sukses mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Mereka berfokus pada pelestarian lingkungan dan budaya.
BACA JUGA:Pertamina EP Tandatangani MoU Dengan Pemkab Bojonegoro
Melalui program ini, Desa Doudo yang awalnya berstatus desa tertinggal saat ini bertransformasi menjadi desa mandiri.
“Kini Desa Wisata Doudo dikenal dengan Doudo Agro Edu Green Village,” urainya.
Sebelumnya pada 2002, Doudo berstatus Desa Tertinggal dengan kurangnya infrastruktur dan fasilitas kesehatan yang kumuh. Namun dengan berbagai upaya, Doudo berhasil memperbaiki permasalahan yang ada dengan mulai membangun gapura desa, jalan lingkungan poros desa dan usaha tani, hingga membangun pendopo kantor desa.
“Perbaikan kualitas kesehatan juga ditingkatkan melalui pengadaan air bersih, sanitasi sehat, dan meningkatkan kepedulian warga melalui kegiatan lingkungan yang cukup aktif,” ujar Kepala Desa Doudo Sutomo.
Tak Ada Rumah Tak Layak Huni
Peningkatan ekonomi masyarakat setelah tertatanya potensi sumber daya alam, ternyata membuat Desa Doudo hampir dipastikan tidak ada warganya yang masuk kategori miskin. Apalagi desa yang mendapat belasan penghargaan dari Pemprov Jatim dan belasan dari pemerintah pusat.
“Ada perubahan perilaku, setelah dapat bantuan dari pemerintah pusat hanya 7 warga. Meski kasus anak kerdil hanya 6 orang,” tegas Pak Tomo.
Bukti kesejahteraan lanjut Sutomo ternyata berbanding lurus dengan tingkat pendidikan masyarakat.