“Melihat data itu, kami sadar pentingnya melakukan pemberdayaan pesantren, santri dan alumni, dan juga masyarakat pesantren dengan fokus entrepreneurship,” tegasnya.
BACA JUGA:Khofifah Silaturahmi dengan Muslimat dan Aisyiyah se-Kota Blitar
BACA JUGA:Hari Pelanggan Nasional, Khofifah Dorong Pelaku Usaha Tingkatkan Layanan lewat Teknologi Informasi
Sejauh ini OPOP sukses dijalankan dengan melibatkkan peran aktif pesantren, santri dan alumni melalui pilar pesantrenpreneur, santripreneur, dan sosiopreneur. Masing-masing memiliki peran dalam pengembangan ekonomi berbasis pesantren yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pesantren saja, melainkan juga berdampak bagi masyarakat sekitar pondok pesantren.
“Dalam pelaksanaannya kita juga melibatkan pentahelix yang melibatkan perguruan tinggi, pelaku usaha, komunitas, pemerintah dan media, program OPOP berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di dalam maupun di sekitar pesantren,” tegasnya.
Sejak tahun 2019, program OPOP Jatim telah berhasil menghasilkan sebanyak 1.210 pesantrenpreneur. Tidak hanya itu kegiatan pengenalan entrepreneurship, laboratorium kewirausahaan, dan vokasional skill, telah menyasar lebih dari 500 ribu santri binaan, dan telah membentuk sebanyak 1.783 sociopreneur di Jawa Timur.
“Bahkan kini produk pesantren OPOP Jatim telah dipasarkan ke negara-negara anggota OKI sebagaimana kami telah menginisiasi kerja sama antara Pemprov Jatim dengan Islamic Development Bank (IsDB) di Jeddah, Arab Saudi dan dilanjutkan dengan kerja sama dengan Serunai Commerce,” tegas Khofifah.
“Ke depan, OPOP ini akan terus kita kembangkan dengan semangat mengangkat ekonomi masyarakat pesantren dan meningkatkan daya saing pesantren Jatim,” pungkasnya. (yok)