SURABAYA, MEMORANDUM - Polda Jatim telah mengungkap dua tersangka jaringan DPO Fredy Pratama yakni ABM (35) asal Bandung dan YDS (22) asal Palangkaraya. Dari kedua tersangka ini diperoleh barang bukti 84 kg sabu dan 2.100 butir extacy dengan nilai ekonomis mencapai Rp 85 miliar.
Kapolda Jatim Irjenpol Imam Sugianto menjelaskan bahwa modus yang dilakukan pelaku yakni menyimpan sabu serta extacy menggunakan mobil.
"Dia menyimpan di bagasi penyimpanan ban serep. Ini kan mobil rush, sub kecil, ini tempat ban, sudah dimodifikasi, lalu dibuatkan tutup dan ada bautnya," ujarnya.
"Dibuka dibuatkan ruang dibawah itu, dibuatkan tutup. Kesannya seperti penyimpanan ban. Tapi untung berhasil ketahuan. Luar biasa ini," imbunya.
BACA JUGA:Polda Jatim Tangkap 2 Anak Buah DPO Fredy Pratama dengan 84 Kg Sabu dan 2.100 Extacy
Kapolda menjelaskannya bahwa pengungkapan jaringan ini berawal dari salah satu terpidana yang sudah tertangkap dan saat ini telah menjalani masa tahanan di salah satu rutan di wilayah Jatim.
"Untuk pengungkapan jaringan itu sendiri, tentunya kita menggunakan saintifik investigasi yang mana kita tidak bisa sampaikan dalam forum ini," kata Irjenpol Imam.
Kapolda melanjutkan bahwa asal usul barang tersebut kalau dilihat dari jaringannya yakni berasal dari Kalimantan. Dari pengalamannya saat masih di Kalimantan Timur jalur peredaran itu dari atas Pulau Kalimantan
"Kebetulan saya pernah di Kaltim, kalau kita lihat pulau Kalimantan itu kayak (figur tokoh pewayangan) semar. Diatas turun ke Kaltara, langsung ke Kaltim, ke Balikpapan. Nah Balikpapan itu jalur darat menuju ke Kalsel. Itu bisa melalui Paser, dari Kalsel adalah salah satu hub dan kemudian akan beredar ke Pulau Jawa. Nah dari Kaltim ini bisa beredar ke Indonesia Timur, Makasar, Maluku, dan Papua," jelasnya.
BACA JUGA:TPPU Narkoba SGD 2,1 Juta, Anak Buah Fredy Pratama Divonis 1,5 Tahun Penjara
"Jadi BB kita prediksikan kemampuan tersangka itu, dari atas Malaysia. Kita gak tahu mungkin dari Malaysia, wilayah-wilayah yang produsen yang memproduksi ekstasi," tambahnya.
Modus yang dilakukan DPO Fredy Pratama ini selalu sama. Yakni membungkus sabu tersebut menggunakan teh China. Dan menangkap DPO Internasional Fredy Pratama ini tidaklah mudah. Yang pasti Polda Jatim tidak bisa bekerja sendiri. Komunikasi dengan sesama aparatur penegak hukum perlu dilakukan khususnya bidang narkotika.
"Kita sudah di backup Mabes. Ini juga (Fredy Pratama) juga sudah menjadi buruan mabes. Kemudian dugaan kita, DPO FP ini, ada di luar negeri, kita gak bisa memastikan apakah ada di China, atau mana, sementara mungkin masih di wilayah Asean, cuma tempatnya di mana kita masih dalami," benernya.
Masih kata Irjenpol Imam, untuk koordinasi dengan sesama aparat di negara-negara tetangga memang tidak gampang. Komunikasi dengan intensif telau dilakukan melalui Bareskrim.
BACA JUGA:Anak Buah Gembong Narkoba Fredy Pratama Ngaku Sering Diminta ke Money Changer