Profil Sholihudin, Santri dan Aktivis PMII yang Jabat Komisoner KPU Bojonegoro

Sabtu 29-06-2024,11:26 WIB
Reporter : Biro Bojonegoro
Editor : Muhammad Ridho

BOJONEGORO, MEMORANDUM - Murah senyum, sederhana dan ramah. Itu lah kesan ketika berbincang dengan Sholihudin. Ya, pria asli kelahiran Desa Sarangan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro ini kini diamanahi menjabat sebagai Komisoner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bojonegoro Periode 2024-2029. 

Meski saat ini tengah menjadi seorang pejabat publik, tetap saja ia tampil apa adanya dan sederhana. 

Ternyata, sebelum menjadi Komisoner KPU, bapak 3 anak ini memiliki cerita yang berliku. Sewaktu kecil ia mengenyam pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga Madrasah Aliyah (MA) di Pondok Pesantren At Tanwir, Desa Talun, Sumberrejo, Kabupaten Bojonegogo.

Pria yang akrab disapa "Saleho" ini saat berangkat sekolah pada waktu itu dari rumah ke Pondok hapir setiap hari ia tempuh dengan menggunakan sepeda gunung dengan jarak tempuh sekitar 3 kilometer (Km).

"Ya, dulu sekolahnya tidak Mondok mukim, tapi pulang pergi," ujar Udin.

BACA JUGA:Mengenal Robby Adi Perwira, Ketua KPU Bojonegoro Periode 2024-2029

Selama kurang lebih 6 tahun dirinya mengenyam pendidikan pondok pesantren hal itulah yang membentuk karakternya untuk selalu ramah dengan semua orang dan selalu sederhana. 

Selepas lulus dari MA At Tanwir, Udin melanjutkan kuliah ke Kampus Unisma Malang tahun 2006 silam. Udin mengambil Fakultas Hukum. Semasa di Kota Malang Udin tidak hanya fokus pada kuliah di ruangan saja. Tapi diriya memilih menjadi seorang aktivis.

Udin aktif menjadi anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dari oranganisasi itulah jiwa petarung dan jiwa pantang menyerahnya tumbuh dalam dirinya. Semasa mahasiswa Udin menjadi pemersatu para mahasiswa Islam dari kampus-kampus di Kota Malang, untuk bersatu melakukan demo menolak kenaikan BBM kala itu.

"Nama Saleho itu dijuluki teman-teman ketika kuliah di Malang." kenangnya.

BACA JUGA:Berkah Pemilu, KPU Bojonegoro Libatkan 300 Warga untuk Pelipatan Surat Suara

Jiwa aktivisnya mendarah mendaging dalam dirinya. Sehingga, ketika ia lulus ia tetap berjuang untuk aktif diorganisasi kemasyarakatan. 

Singkat cerita,  Tahun 2009-2010 dirinya bekerja di Program pengentasan kemiskinan dari Pemerintah. Udin ditempatkan di Kecamatan Gondang. Dari sinilah Ia berjuang dan dipertemukan wanita dan menjadi jodohnya yaitu Irawati. 

Udin meceritakan, dirinya bertahun-tahun di Kecamatan Gondang berjuang bersama keluarga kecilnya. Ia mengaku kala itu pernah "Ngontrak" rumah untuk menjadi tempat tinggal.

"Saya ini mulai dari nol hidup di Godang. Dulu belum punya rumah masih Ngontrak," kenangnya.

Tags :
Kategori :

Terkait