SURABAYA, MEMORANDUM - Keputusan PDI Perjuangan (PDIP) dengan memberikan rekomendasi Eri Cahyadi-Armuji untuk Pilwali Surabaya 2024 dinilai sudah tepat.
Diterangkan Ikhsan Rosidi peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), turunnya rekomendasi tersebut ke pasangan petahana Eri-Armuji secara matematika politik merupakan keputusan yang benar.
"Sejauh ini dari banyak nama yang disebut publik layak menjadi calon pemimpin Surabaya, nama Eri Cahyadi dan Armuji adalah nama dengan popularitas dan tingkat elektabilitas tertinggi, di samping insetif elektoral lain yang dimiliki oleh Eri-Armuji sebagai petahana dengan kinerja yang tidak buruk," paparnya, Senin, 24 Juni 2024.
Tidak hanya itu, kata Ikhsan, keputusan ini sekaligus menunjukkan langkah berani dan percaya diri PDIP dengan tetap mengusung Eri-Armuji menjadi satu paket paslon lagi.
BACA JUGA:Pengamat Politik: Eri-Armuji Pilihan Realistis PDI-P, Bakal Hadapi Paslon dari KIM
Padahal, faktanya PDIP mengalami tren penurunan perolehan suara di Surabaya pada pileg dan pilpres yang lalu.
"Dengan demikian, tertutup sudah spekulasi banyak pihak bahwa pasangan ini akan pecah kongsi, dan tertutup pula kans partai-partai lain untuk mendudukkan kadernya berpasangan dengan Eri Cahyadi maupun dengan Armuji," jelasnya.
Ikhsan memperkirakan, kemungkinan besar paslon Eri-Armuji pada pilwali mendatang akan berhadapan dengan calon yang akan diusung oleh Partai Gerindra bersama koalisinya, yang ditengarai telah mengerucut pada 2 nama. Yakni antara Ahmad Dhani atau Hadi Dediansyah.
"Jika kondisinya demikian, maka sangat mungkin kontestasi Pilwali Surabaya akan berlangsung ketat dan tidak akan mudah bagi Eri-Armuji," sebut Ikhsan.
BACA JUGA:PDIP Beri Rekom Eri-Armuji Maju Pilwali Surabaya
Menurutnya, insetif elektoral Eri-Armuji sebagai paslon dengan popularitas dan elektabilitas tinggi sekaligus sebagai petahana akan berhadapan dengan paslon yang akan memanfaatkan Prabowo effect. Tinggal bagaimana masing-masing calon dapat memanfaatkan keuntungan ini dengan efektif.
Ikhsan menambahkan, dalam sejarah gelaran pilkada di Indonesia, mayoritas paslon petahana mempunyai kans lebih besar untuk menang kembali. Tak terkecuali, Eri-Armuji.
Investasi politik selama menjabat sebagai wali kota dan wakil wali kota dinilainya menjadi faktor penentu paling signifikan.
"Sepanjang waktu menjabat adalah panggung kampanye secara langsung maupun tidak langsung yang menjaga popularitas mereka tetap tinggi. Dan yang pasti jaringan politik lebih mudah dibangun dengan berbagai kemudahan sebagai pejabat publik. Ditopang oleh mesin politik dari partai pemenang pileg di Surabaya, maka Eri-Armuji setidaknya menang 1 langkah di depan paslon penantangnya nanti," ucap dia.
BACA JUGA:PKB Surabaya Sosialisasikan Eri-Armuji ke Kader PAC dan Ranting