Dompet Suami Masih Milik Mertua: Mertuaku Selalu Ingin Menang Sendiri (2)

Dompet Suami Masih Milik Mertua: Mertuaku Selalu Ingin Menang Sendiri (2)

-Ilustrasi-

SUDAH lebih dari satu bulan sejak percakapan terakhir mereka tentang keuangan rumah tangga. Bintang tak banyak bicara, tapi bulan tahu, ada sesuatu yang mengguncang kesadarannya. Namun, perubahan itu tak juga tiba. Dompetnya tetap tergantung pada restu sang mama.

Suatu malam, Bulan membuka percakapan:


Mini Kidi--

“Tang, aku capek. Aku cuma pengen kamu bisa bilang: ‘aku akan urus ini’… tanpa embel-embel ’aku tanya Mama dulu ya.’”

Bintang diam. Kepalanya tertunduk, jari-jarinya bermain di atas meja. Lalu ia berkata lirih,

“Aku takut menyakiti Mama, Bulan. Dia sudah berjuang sendirian membesarkan aku sejak Papa meninggal. Dia cuma ingin memastikan aku nggak salah langkah.”

“Dan selama ini kamu kira aku langkah yang salah?” tanya Bulan, matanya mulai berkaca-kaca.

“Bukan begitu… Tapi Mama selalu bilang kalau perempuan bisa licik dengan kelembutannya. Dia bilang jangan sampai aku jadi suami yang dikendalikan istri.”

Bulan terdiam, lalu tertawa kecil. Pahit.

“Lucu ya. Padahal sekarang kamu dikendalikan ibumu. Tapi bukan karena kelembutan, melainkan karena rasa bersalah yang kamu pelihara.”

Di sisi lain, Mama Bintang tak pernah lelah memberi catatan. Segala pengeluaran Bulan yang terlihat “tidak penting” menjadi bahasan rutin.

“Kue ulang tahun anak itu nggak harus dari toko mahal, Bulan. Bikin sendiri dong, kan kamu perempuan,” katanya saat bertamu ke rumah mereka.

“Kenapa nggak kamu aja yang urus semua ini sekalian, Bu? Biar saya sama sekali nggak usah jadi istri dan ibu,” gumam Bulan dalam hati.

Bintang tak pernah membela. Ia hanya tertawa gugup dan mengalihkan pembicaraan.

Sumber: