umrah expo

Warga Wisma Tengger Surabaya Hadang Masuknya Mesin Berat ke Pabrik PT SJL

Warga Wisma Tengger Surabaya Hadang Masuknya Mesin Berat ke Pabrik PT SJL

Warga Wisma Tengger berkumpul di depan pabrik PT SJL.--

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Situasi di Perumahan Wisma Tengger, Kelurahan Kandangan, kembali memanas. Sejumlah warga menggeruduk pabrik peleburan emas milik PT Suka Jadi Logam (SJL) di Jalan Raya Wisma Tengger pada Senin 14 Oktober 2025, malam .

Aksi spontan itu dipicu rencana perusahaan memasukkan mesin berukuran besar dan alat berat berupa forklift ke dalam area pabrik.


Mini Kidi--

Warga yang resah spontan berkumpul dan menghadang truk pengangkut mesin tersebut. Mereka menolak keras aktivitas yang dianggap sebagai tanda pabrik akan terus beroperasi.

Padahal, sebelumnya warga mendapat kabar bahwa operasional pabrik akan dihentikan dan direlokasi.

Ketua RW 06 Kelurahan Kandangan, Teguh Pudjo Warsito, menyatakan bahwa tindakan perusahaan telah menyulut kembali amarah warga.

“Warga kami bingung, katanya pabrik mau pindah, tapi kok malah bawa mesin besar dan forklift. Akhirnya warga menolak truk untuk menurunkan mesin itu,” ujar Teguh, Selasa 14 Oktober 2025.

BACA JUGA:DPRD Surabaya Tengahi Polemik Polusi PT SJL, Warga Wisma Tengger Tetap Tuntut Penghentian Operasi

Ia menyayangkan langkah PT SJL yang seolah tidak mengindahkan keluhan warga, termasuk rekomendasi legislatif dan Wali Kota Armuji yang melakukan sidak beberapa waktu lalu.

Menurutnya, mesin baru seberat sekitar tiga ton itu menegaskan bahwa perusahaan abai terhadap fakta bahwa Wisma Tengger adalah kawasan permukiman, bukan zona industri.

Keresahan serupa diungkapkan Ketua RT 04, Mardi. Ia mengaku keresahan warga dipicu masuknya mesin ke area pabrik.

Ia mengingatkan bahwa dalam inspeksi mendadak (sidak) legislatif bersama Wakil Wali Kota Armuji beberapa waktu lalu telah direkomendasikan agar pabrik tidak beroperasi selama proses mediasi berjalan.

BACA JUGA:Ketua Komisi A DPRD Surabaya: pelanggaran Lingkungan Hidup Peleburan Emas PT SJL Tidak Dapat Ditoleransi

“Kemarin ada mesin yang masuk, padahal ini masih dalam tahap proses mediasi, seharusnya tidak boleh ada aktivitas apa pun. Kami menduga masih ada kegiatan operasional di dalam,” tegas Mardi.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dan mengawasi aktivitas pabrik, warga mendirikan Pos Pantau Limbah B3 di depan gerbang pabrik.

Mereka berjaga bergiliran memastikan tidak ada lagi material atau mesin yang masuk.

“Kami khawatir kalau suasana makin tidak kondusif, bisa muncul tindakan-tindakan tak diinginkan seperti kerusuhan. Kalau sudah begitu, warga yang jadi korban,” tambah Teguh.

BACA JUGA:Terdampak Polusi Udara dan Pencemaran, Ratusan Warga Wisma Tengger Surabaya Geruduk Pabrik Peleburan Emas

Konflik antara warga dan PT SJL telah berlangsung lama. Warga memprotes bau menyengat dan asap pekat yang keluar dari cerobong pabrik.

Mereka khawatir asap dari proses peleburan emas itu mengandung zat berbahaya yang mengancam kesehatan, terutama bagi anak-anak SDN Kandangan III yang lokasinya berdekatan dengan pabrik.

Menanggapi gejolak tersebut, jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimka) Benowo, termasuk Camat, Kapolsek, dan Danramil, segera turun ke lokasi menenangkan warga.

Camat Benowo, Denny Christupel Tupamahu, mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan manajemen PT SJL.

“Saya juga menghubungi pihak PT SJL supaya tidak membuat tindakan yang memancing emosi warga,” jelasnya.

Denny menambahkan, tindak lanjut akan dilakukan melalui rapat mediasi lanjutan di Pemerintah Kota Surabaya yang akan dipimpin langsung oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat.

“Kita menunggu hasil rapat yang sama-sama bisa disepakati kedua belah pihak sesuai ketentuan regulasi,” ujarnya.

BACA JUGA:Konflik Warga Wisma Tengger dan PT Suka Jadi Logam Berlanjut, Komisi B DPRD Siap Fasilitasi Pertemuan

Sementara itu, Direktur PT SJL, Ericha, dalam kesempatan sebelumnya menyatakan pihaknya siap bertanggung jawab jika terbukti melakukan pencemaran.

“Kalau memang kami ini mencemari dan terbukti, kami siap menerima risikonya. Tapi kalau kami ini tidak mencemari dan ada bukti tidak ada pencemaran, ya jangan ditutup begitu. Karena kami juga harus menghidupi karyawan di sana,” bela Ericha.

“Selama memang tidak ada aturan yang harus menghentikan kami produksi, ya kami juga lihat-lihat dulu,” tambahnya.

Hingga kini warga masih berjaga di pos tenda yang didirikan di depan pabrik untuk memantau setiap aktivitas.

Sumber: