umrah expo

Guru Lupa Peran, Sekolah Jadi Panggung Hiburan

Guru Lupa Peran, Sekolah Jadi Panggung Hiburan

Catatan Redaksi Eko Yudiono.--

Fenomena bernyanyi atau karaoke tentu bukan hal yang salah. Bahkan, kegiatan ini kerap dianggap sebagai sarana hiburan untuk melepas penat setelah seharian bekerja.

Namun, persoalan muncul ketika kegiatan tersebut dilakukan di tempat yang tidak semestinya, apalagi di lingkungan sekolah.

Kasus yang terjadi di SD Negeri Ciodeng, Banten Tengah, di mana seorang kepala sekolah dan guru perempuan diduga asyik berkaraoke di ruang belajar, menimbulkan tanda tanya besar sekaligus kekecewaan mendalam.

Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi ruang penuh keteladanan justru tercoreng oleh tindakan yang tidak pantas.

Guru, dalam kultur Indonesia, memiliki posisi yang begitu mulia. Ungkapan Jawa “guru digugu lan ditiru” bukan sekadar kata-kata.

Sosok pendidik dipercaya (digugu) dan dijadikan teladan (ditiru) oleh para murid maupun masyarakat.

Maka, setiap perilaku seorang guru memiliki dampak langsung terhadap cara pandang anak-anak terhadap pendidikan.

Ketika guru sendiri melakukan tindakan yang tidak pantas di sekolah, bagaimana mungkin siswa akan menaruh hormat dan disiplin dalam belajar?

BACA JUGA:MBG Butuh Pengawalan Serius

BACA JUGA:Komunikasi Publik Jangan Terjebak Jadi Propaganda


Mini Kidi--

Apalagi, sekolah bukanlah tempat hiburan. Lingkungan sekolah adalah ruang belajar, ruang pembentukan karakter, sekaligus arena menanamkan nilai moral.

Ketika ruang yang seharusnya digunakan untuk menanamkan nilai-nilai luhur malah digunakan untuk berkaraoke, pesan yang muncul justru kontraproduktif.

Tidak mengherankan jika publik menilai peristiwa ini sebagai potret buram dunia pendidikan kita.

Sumber: