umrah expo

Indonesia dan Keberkahan Perjuangan

Indonesia dan Keberkahan Perjuangan

Mu'Isyul Haq Al Hasany Lamongan--

LAMONGAN, MEMORANDUM.CO.ID – Perjuangan sebuah bangsa tidak pernah selesai pada proklamasi. Kemerdekaan bukanlah garis akhir, melainkan pintu masuk pada tugas-tugas panjang untuk  membangun kepemimpinan, menghidupkan ekonomi, dan menanamkan keberkahan pada kehidupan bersama.

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam (SAW) memberi teladan itu dalam hijrah ke Madinah.


Mini Kidi--

Beliau mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin, memperkokoh kepemimpinan, lalu membangun masjid sebagai ruang spiritual sekaligus sosial.

Setelah itu, beliau memindahkan pusat perdagangan dari Makkah ke Madinah, sebuah ekonomi yang lahir bukan hanya soal laba, tetapi juga soal kejujuran, keberkahan, dan sedekah.

Dari sana kita belajar bila kepemimpinan dan ekonomi adalah dua pilar yang menentukan berdirinya peradaban.

BACA JUGA:Safari Dakwah Ustadz Zacky Mirza, Semarakkan Haji Umrah Expo 2025 Ajak Pengunjung Berdonasi untuk Palestina

Kepemimpinan tanpa ekonomi akan rapuh, ekonomi tanpa keberkahan akan kehilangan ruh.

Indonesia hari ini pun menghadapi ujian serupa, kita memiliki upacara kenegaraan, pidato-pidato pejabat, lembaga-lembaga resmi.

Tetapi apakah arah kepemimpinan kita sungguh memberi keberkahan bagi rakyat?

BACA JUGA:Berdakwah Melalui Konsep Cangkruk lan Zikir

Kita punya pasar besar, komoditas melimpah, peluang dagang ke Asia dan dunia, tetapi apakah perdagangan kita sungguh berlandaskan kejujuran dan memberi kesejahteraan?

Di tengah pertanyaan itu, muncul kisah seorang pemuda lulusan ITB, ia menembus Oxford, lalu Amerika, lalu bekerja di DeepMind Gemini Google.

Di antara ratusan juta pemuda Indonesia, hanya dia seorang yang berdiri di panggung global.

BACA JUGA:Silaturahmi Nasional Ponpes eLKISI, Meneguhkan Komitmen Pendidikan dan Dakwah

Kita tentu bangga, tetapi kebanggaan itu juga getir.

Sebab mengapa hanya satu, mengapa tidak seribu, mengapa pemuda Indonesia sering kalah dari India atau China yang melahirkan barisan ilmuwan dan pemimpin dunia.

Barangkali bukan karena mereka tidak berani bermimpi, melainkan karena mereka tidak sempat bermimpi.

Rasulullah SAW membangun peradaban dari spiritualitas yakni dengan shalat berjamaah, dzikir, tilawah, sedekah.

BACA JUGA:Sosok Inspiratif Dedikasikan Diri untuk Pendidikan dan Dakwah

Dari spiritualitas lahir keberanian, dari keberanian lahir ilmu, dan dari ilmu lahir peradaban.

Itulah yang kini kita butuhkan seorang pemimpin yang meneladani keberkahan, pasar yang berlandaskan kejujuran, dan pemuda yang dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT)  sehingga berani bermimpi besar.

Indonesia bisa belajar dari Madinah, bahwa kejayaan bukan hanya soal senjata atau teknologi, tetapi keberkahan amal, dan dari keberkahan itu, lahir kekuatan sejati sebuah bangsa.

Oleh: Mu'Isyul Haq Al Hasany Lamongan

Sumber:

Berita Terkait