Pemkot Surabaya Kolaborasi Hexa Helix Perangi TBC, Tekan Stigma dan Percepat Eliminasi

Pemkot Surabaya Kolaborasi Hexa Helix Perangi TBC, Tekan Stigma dan Percepat Eliminasi

Pemkot Surabaya menggelar kegiatan videografi Orkestra Cinta Merdeka TBC di Graha Sawunggaling. -Oskario Udayana-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Pemkot Surabaya terus berupaya memberantas Tuberkulosis (TBC) melalui kolaborasi Hexa Helix dan optimalisasi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Salah satu upayanya adalah dengan menggelar kegiatan videografi Orkestra Cinta Merdeka TBC di Graha Sawunggaling, Senin 20 Januari 2025.

BACA JUGA:TBC Serang Lintas Usia, Satu Orang Meninggal Setiap Lima Menit 

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menekankan pentingnya eliminasi TBC di Surabaya sebagai dukungan terhadap target nasional tahun 2030.  Ia menyebut TBC sebagai penyakit yang sulit dideteksi karena stigma negatif yang menyebabkan penderita enggan mengaku dan berujung pada penularan.

"Banyak penderita TBC yang malu dan tidak mau mengaku, sehingga penyakit ini menular ke keluarga dan tetangga," ujar Eri.

Pemkot Surabaya aktif melakukan KIE melalui media sosial dan melibatkan Tim Percepatan Penanganan TBC.  Bahkan, Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga Prof Dr Nasronuddin menciptakan lagu untuk mengkampanyekan penghapusan stigma terhadap penderita TBC.  Inisiatif ini sejalan dengan program RW 1 Nakes 1 (R1N1) Pemkot Surabaya yang bertujuan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada warga.

BACA JUGA:Penderita TBC di Jatim Tembus Angka 57.442

Program R1N1 memungkinkan pemantauan kesehatan warga di tingkat RW, termasuk identifikasi ibu hamil dan penderita penyakit.  "Ini yang saya sebut Surabaya Bergerak," kata Eri. 

Gerakan pencegahan TBC ini diharapkan bisa mengeliminasi penyakit ini, dengan menekankan bahwa penderita TBC tidak perlu dijauhi, tetapi tetap menjaga interaksi dengan menggunakan masker.

Wali Kota Eri menjelaskan, penanganan TBC berbeda dengan Covid-19.  Tidak perlu ada tempat khusus isolasi karena penderita TBC dapat berinteraksi dengan masyarakat asalkan menggunakan masker dan rutin mengonsumsi obat. Pemkot Surabaya juga berkoordinasi dengan DPRD untuk memastikan pendekatan yang tepat dalam penanganan TBC.

Salah satu tantangan dalam penanganan TBC adalah keraguan penderita untuk mengaku sakit dan keengganan untuk rutin mengonsumsi obat, yang dapat menyebabkan resistensi obat.  

"TBC bisa disembuhkan dengan mengonsumsi obat selama enam bulan dan menggunakan masker. Mari kita bersama-sama menghilangkan stigma dan mendukung upaya eliminasi TBC di Surabaya," pungkas Eri. (rio)

Sumber:

Berita Terkait