umrah expo

Umrah Mandiri, Peluang Travel Beradaptasi

Umrah Mandiri, Peluang Travel Beradaptasi

Kaji Bajuri--

Oleh: Kaji Bajuri

KEBIJAKAN pemerintah yang membuka peluang bagi masyarakat untuk menunaikan umrah mandiri menimbulkan pro dan kontra di kalangan pelaku industri perjalanan ibadah. Sebagian pengusaha travel umrah merasa was-was, khawatir kebijakan ini akan menggerus pasar dan melemahkan bisnis mereka. Namun, benarkah demikian? Apakah umrah mandiri benar-benar ancaman, atau justru peluang baru bagi mereka yang siap beradaptasi?

BACA JUGA:HUT Ke-56, Tiga Karyawan Memorandum Dapat Hadiah Umrah Gratis


Mini Kidi--

Realitas Baru

Tidak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi digital telah mengubah hampir semua lini kehidupan, termasuk industri perjalanan ibadah. Kini, calon jemaah dapat memesan tiket, hotel, bahkan transportasi di Arab Saudi hanya dengan sentuhan jari melalui berbagai aplikasi. Pemerintah pun menyesuaikan regulasi, memberikan ruang bagi umrah mandiri—yakni sistem di mana calon jemaah mengatur sendiri perjalanan ibadahnya tanpa melalui Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) secara langsung.

Kebijakan ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: apakah keberadaan travel umrah akan tergeser? Jawabannya: tidak juga. Karena secara sosiologis dan kultural, masyarakat Indonesia memiliki karakter dan preferensi yang unik dalam beribadah, termasuk saat menunaikan umrah.

BACA JUGA:Gedung Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu Surabaya Diresmikan Besok

Travel Masih Dibutuhkan

Budaya masyarakat Indonesia yang senang dilayani, tidak mau repot, dan cenderung mengutamakan kenyamanan menjadi faktor utama mengapa umrah mandiri tidak akan menggantikan sepenuhnya peran travel umrah. Bagi mayoritas jemaah Indonesia, ibadah bukan sekadar perjalanan spiritual, melainkan juga momentum kebersamaan, ketenangan, dan pembimbingan rohani. Di sinilah nilai tambah penyelenggara umrah profesional: mereka tidak hanya menjual tiket dan hotel, tapi juga menyediakan bimbingan manasik, pendampingan spiritual, dan layanan perlindungan.

Selain itu, ibadah umrah bukan sekadar wisata religi. Ada tuntunan dan syarat-syarat sah yang harus dipenuhi, mulai dari niat, thawaf, sa’i, hingga tahallul. Banyak jemaah yang merasa lebih tenang bila setiap tahap ibadah didampingi oleh pembimbing bersertifikat, yang siap menjawab setiap pertanyaan fiqh dan memastikan seluruh prosesi berjalan sesuai tuntunan syariat.

Dengan kata lain, umrah mandiri lebih cocok bagi kalangan terpelajar, berpengalaman, dan terbiasa bepergian ke luar negeri. Mereka memiliki kemampuan mengelola waktu, bahasa, serta sistem reservasi internasional. Namun bagi masyarakat umum yang mayoritas belum memiliki pengalaman ke Tanah Suci, menggunakan jasa travel tetap menjadi pilihan paling aman dan nyaman.

BACA JUGA:Pengusaha Travel Sambut Baik Legalisasi Umrah Mandiri

Tantangan dan Adaptasi

Sumber: