Temuan Mikroplastik dalam Darah, Aktivis Lingkungan Serukan Warga Surabaya Stop Air Minum Kemasan
Aktivis lingkungan bersama mahasiswa turun ke jalan melakukan sosialisasi bahaya mikroplastik.--
BACA JUGA:Warga Sulap Tempat Pembuangan Sampah Menjadi Taman Ramah Lingkungan
Selain mikroplastik, para peserta aksi juga menyoroti temuan kadar timbal yang tinggi pada tubuh pekerja pemilah sampah, jauh melebihi populasi umum di negara maju.
Timbal dikenal sebagai neurotoksin yang dapat menyebabkan penurunan kecerdasan, tekanan darah tinggi, hingga risiko cacat perkembangan pada janin.
Sementara itu, Pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Unair, Dr Lestari Sudaryanti menyoroti risiko spesifik bagi kelompok rentan, terutama perempuan.
"Paparan bahan kimia plastik pada kadar setinggi ini sangat mengkhawatirkan. Banyak dari senyawa yang kami temukan berkaitan dengan gangguan hormon, risiko penyakit metabolik, hingga masalah kesehatan reproduksi," jelasnya.
Ia mendesak agar Indonesia segera mengadopsi standar perlindungan pekerja yang lebih ketat, termasuk pemantauan kesehatan berkala dan regulasi bahan kimia berbahaya.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif ECOTON Foundation, Dr. Daru Setyorini, menilai bahwa temuan kesehatan ini adalah dampak langsung dari buruknya sistem pengelolaan sampah di Indonesia.
BACA JUGA:Sapu Bersih Lingkungan, Remaja Masjid Miftahul Huda Ubah Sampah Jadi Berkah
"Penelitian ini memperlihatkan dampak dari sistem pengelolaan sampah Indonesia yang masih buruk. Ketika 60 persen sampah plastik tidak terkelola dan berakhir di lingkungan, pekerja di lapangan menjadi pihak pertama yang terpapar," ungkap Daru.
Ia menyebut temuan tingginya senyawa berbahaya dalam urin dan darah pekerja harus menjadi alarm keras bagi pemerintah.
"Pemerintah harus memperbaiki tata kelola sampah, mengurangi plastik sekali pakai, dan memastikan perlindungan bagi pekerja sektor informal," pungkasnya.
Sumber:



