Bertahan di Tengah Arus Digital

Bertahan di Tengah Arus Digital

--

Oleh: Sujatmiko, Pemred SKH Memorandum 

Beberapa hari lalu, saya bertemu seorang kawan. Ia berceletuk, “Memorandum ulang tahun ya, Cak? Aku lihat dari status sampean.”

Saya tersenyum dan menjawab, “Iya. Semoga Memorandum selalu bisa memberi manfaat bagi orang lain.”

Tak lama, seorang pemuda yang berada di dekat kami bertanya polos, “Memorandum itu apa, Yah?”

Saya menjelaskan, “Memorandum itu surat kabar—koran yang fokus memberitakan hukum dan kriminal. Tahun ini, usianya sudah 56 tahun.”

Momen sederhana itu membuat saya merenung. Generasi Z memang banyak yang tak lagi mengenal surat kabar harian seperti Memorandum. Dunia mereka kini di genggaman gadget. Semua informasi bisa didapat dalam hitungan detik, tanpa harus membuka lembaran koran.

Sebagai orang yang dipercaya memimpin Surat Kabar Harian Memorandum selama tiga tahun terakhir, saya menyadari tantangan ini begitu besar. Kami harus bertarung dengan menjamurnya media daring. Koran kini tak lagi menjadi sumber utama informasi; bahkan pembacanya semakin terbatas pada kalangan lama.

Namun, kami tidak menyerah. Bersama tim, kami terus berjuang agar Memorandum tetap eksis. Banyak media cetak tumbang karena tidak sanggup bertahan secara finansial. Dukungan datang dari berbagai pihak, terutama melalui media sosial—yang mendorong kami untuk memperkuat platform digital.

Alhamdulillah, Memorandum Online kini sudah berusia tujuh tahun. Kami sadar, bersaing dengan media daring yang lebih dulu hadir tidaklah mudah. Tapi saya optimistis, dengan kerja keras dan semangat kolektif, kami bisa menempuh jalan itu.

Kini, fokus kami bukan hanya pada bagaimana menyajikan berita tercepat, karena kami sadar kecepatan bukan lagi keunggulan utama koran. Yang kami kejar adalah berita yang berkualitas, berita yang bermakna dan bisa dipercaya. Namun, idealisme harus tetap berjalan beriringan dengan realitas bisnis. Pemasukan yang stabil adalah kunci agar Memorandum tetap hidup.

Saya selalu berpesan kepada teman-teman di redaksi:

“Jangan hanya numpang hidup di Memorandum. Mari berkarya untuk pekerjaan yang kita cintai ini. Berikan yang terbaik, agar ada warisan (legacy) yang bisa kita tinggalkan.”

Terima kasih kepada seluruh tim Memorandum yang telah menjadi bagian dari perjalanan panjang hingga usia ke-56 ini. Juga kepada para senior yang telah membimbing saya berahun-tahun berkarya di media kebanggaan Jawa Timur ini.

Terima kasih telah menjadi bagian dari Memorandum.

Sumber: