Bahaya Marah Kepada Anak dengan Nada Tinggi
Marah kepada anak adalah hal yang wajar terjadi. Namun, cara kita menyampaikan kemarahan tersebut sangat penting. --Freepik
MEMORANDUM - Marah kepada anak adalah hal yang wajar terjadi. Namun, cara kita menyampaikan kemarahan tersebut sangat penting.
Memarahi anak dengan nada tinggi, apalagi berteriak, bisa menimbulkan dampak negatif yang serius bagi perkembangan anak.
Mari kita lihat beberapa bahaya marah kepada anak dengan nada tinggi:
-
Mengganggu Komunikasi: Anak yang dimarahi dengan nada tinggi akan cenderung ketakutan dan menutup diri. Mereka fokus pada amar orang tua daripada memahami pesan yang ingin disampaikan. Akibatnya, komunikasi menjadi terhambat dan masalah tidak terselesaikan.
-
Mencederai Kepercayaan Diri: Dimarahi dengan nada tinggi bisa membuat anak merasa tidak berharga dan menurunkan rasa percaya diri mereka. Mereka mungkin akan ragu untuk mencoba hal baru atau mengambil keputusan karena takut dimarahi lagi.
-
Memicu Trauma Jangka Panjang: Anak yang terus-menerus dimarahi dengan nada tinggi bisa mengalami trauma psikologis. Ini bisa berdampak pada perkembangan emosi dan mental mereka di masa depan.
-
Membiasakan Perilaku Agresif: Anak yang terbiasa dimarahi dengan cara ini mungkin akan belajar bahwa amarah adalah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mereka bisa menjadi pribadi yang lebih pemarah dan agresif di kemudian hari.
-
Merenggangkan Hubungan Orang Tua-Anak: Marah dengan nada tinggi bisa membuat anak takut dan enggan kepada orang tua. Hubungan orang tua dan anak pun menjadi renggang.
BACA JUGA:Mendidik Sejak Dini, Ibu sebagai Guru Pertama Anak
BACA JUGA:Bahaya Memberi Gadget Pada Anak Di Bawah Umur
Lalu, bagaimana cara yang lebih baik untuk mendisplinkan anak?
- Tetap tenang. Sebelum berbicara, tarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri.
- Fokus pada perilaku, bukan anak. Sampaikan dengan jelas apa yang salah yang dilakukan anak dan dampaknya.
- Gunakan nada bicara yang tegas namun tenang. Anak akan lebih bisa menerima pesan yang disampaikan.
- Ajak anak berdiskusi. Cari tahu alasan di balik perilaku anak dan temukan solusi bersama.
- Tunjukkan kasih sayang. Peluk dan katakan bahwa Anda tetap menyayangi anak meskipun mereka berbuat salah.
Dengan menghindari amarah dan menggunakan pendekatan yang lebih tenang, Anda bisa mendisiplinkan anak dengan lebih efektif. Hubungan orang tua dan anak pun akan semakin kuat. (mg15)
Sumber: