Santri Jember Tuntut Fadli Zon Minta Maaf

Santri Jember Tuntut Fadli Zon Minta Maaf

JEMBER- Ratusan santri dari perwakilan seluruh penjuru di Kabupaten Jember yang tergabung dalam Aliansi Pembela Kiai dan Ulama, menggelar aksi damai di alun-alun. Minggu (10/2) pagi. Ini merupakan buntut puisi yang buat Wakil Ketua DPR Fadli Zon berjudul ‘Doa yang Ditukar’ karena dianggap menghina ulama, yakni KH Maimoen Zubair. Ketua Banser Kabupaten Jember Ayub Junaidi menerangkan, aksi ini merupakan bentuk reaksi dari pernyataan dan ungkapan dari Fadli Zon yang selama ini sering mengdiskriditkan para ulama dan kiai untuk itu perlu dihentikan. "Perlakuan pengdiskriditkan ini sudah sering kali diucapkan, "kata Ayub Junaidi. Maka dari itu aliansi Santri Pembela Kiai Di Jember meminta kepada Fadli Zon untuk meminta maaf dalam waktu 2 kali 24 jam. "Karena seorang pimpinan DPR RI tidak pantas menyampaikan dan mengungkapkan itu. Ungkapan seperti itu melukai para santri di Jember khususnya dan Indonesian pada umumnya," papar Ayub Junaidi yang juga sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jember. Ayub Junaidi polikus dari fraksi Partai PKB berharap, untuk para tokoh pusat di Jakarta dan daerah agar tidak mudah mengeluarkan stetmen, harus berpikir dampak dari ungkapan itu. Sehingga tidak melukai hati masyarakat dan para santri umumnya, maka hal seperti itu tidak diulangi. Sebelum itu, massa berkumpul di lapangan sejak pukul 08.00. Berdasarkan informasi yang dihimpun, ratusan santri itu berasal dari seluruh Kabupaten Jember dan sebagai ciri khas santri, mereka menggunakan sarung, kopiah, dan berpakaian muslim saat melakukan aksinya. Selain itu, ratusan Banser juga ikut mengawal aksi tersebut dan turut dalam aksi. Para santri itu berdatangan satu rombongan menggunakan mobil bak terbuka dan truk. Mereka dari 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Jember. Menurutnya, aksi bela kiai ini penting karena kiai dan ulama seharusnya dihormati, bukannya dihina atau dilecehkan. “Kiai dari Rembang itu Kiai Maimun Zubair atau saya biasa panggil Mbah Moen itu dihina, apalagi juga dipolitisasi. Tidak seharusnyalah, sehingga saya ikut aksi ini,” kata salah Seorang Santri, Ahmad Syaiful Anam. Menurutnya kiai harus dijunjung dan dihormati layaknya guru yang dihormati dan dihargai jasa serta ilmu-ilmunya. “Karena kita bisa memiliki ilmu dan nantinya bisa meniti hidup karena jasa kiai. Apalagi kalau pemimpin yang sering sowan ke kiai, itu harus dihormati karena lebih baik,” ujar Sayaiful. Sementara itu, salah seorang anggota banser Muhammad Zaini juga menuturkan, seorang kiai juga ibarat orang tua kita yang memberikan nasehat dan ilmu-ilmunya yang bermanfaat. “Jadi jika ada yang menghina atau melecehkan, tidak seharusnya dilakukan. Saya tidak terima, dan lewat aksi ini semoga menjadi perhatian,” tegas Zaini. Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo, mengatakan, semua element masyarakat untuk menyampaikan pendapat di muka umum dibolehkan yang sudah diatur dalam undang-undang. "Aksi yang digelar para santri dan Ansor yang melibatkan banser dimuka umum, dengan longmarch sejauh tiga kilo meter, sebanyak tiga ratusan massa melakukan berzikir di alun-alun berjalan tertip dan aman," jelas Kusworo. (edy/tyo)

Sumber: