Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (8) - Berpisah dengan Dahlan
Jemaah Memorandum saat berangkat dari Juanda Surabaya--
Oleh : Choirul Shodiq
Sebelum kami meninggalkan kota Madinah, Abah Dahlan, telah berangkat terlebih dulu ke Riyadh. Kami berpisah, sehari sebelum jemaah Memorandum pindah ke Makkah.
Abah Dahlan, ini adalah salah satu pemilik saham di Memorandum. Mantan menteri BUMN di era presiden Sby itu, biasa dipanggil teman teman, dengan awalan kata "Abah".
Kami rencananya akan bertemu Abah Dahlan, di Makkah.
Ia meninggalkan kami di Madinah, karena akan melakukan perjalanan jurnalistik.
Mantan wartawan Tempo ini, akan mengunjung beberapa kota di Saudi, lewat perjalanan darat. Untuk ditulisnya di Disway.
Sementara kami, akan mengunjungi beberapa tempat bersejarah di kota Madinah.
Seperti ke Masjid Quba', lapangan Khandak, gunung Uhud, dan tempat favorit jamaah, di kebun kurma.
Tempat tempat tersebut akan saya tulis tersendiri, dalam kisah yang lain.
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (1) - Tempat Suksesi
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (2) - Saqifah Bani Saidah
Pagi ini saya akan menulis kisah perjalanan Abah Dahlan, ke Riyadh.
Dalam kisahnya, ia naik bis Saptco.
Sayang. Ia dapat tempat duduk di belakang. Saya yakin itu amat menyiksanya.
Ia paling tidak suka duduk di kursi deretan depan, atau belakang. Alasannya ?
Jika terjadi goncangan, sangat terasa.
Kali ini malah dapat kursi paling belakang. Tempat duduknya tidak berjendela lagi.
Kok bisa ?
Ia pembeli tiket terakhir. Tidak ada pilihan. Ia harus "jalan".
Pasrah, pergi ke Riyadh, dengan kondisi tidak nyaman. Ditempuh selama sekitar 12 jam.
Setelah berjalan 6 jam dari Madinah, seperti yang ditulisnya di Disway, bis berhenti di rest area. Semua penumpang pada turun.
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (3) - Baiat Pertama
Ia bilang ke awak bis, tidak melanjutkan perjalanannya dengan bis tersebut.
Sempat terjadi debat, sampai ia diajak berunding di pos Saptco.
Mereka takut, Abah Dahlan minta uang konpensasi, karena belum sampai tujuan.
Selain itu, akan sulit mendapat angkutan pengganti. Rest areanya di tengah padang pasir.
Niatnya tetap bulat, harus dapat ganti tumpangan lain. Entah itu apa, dipikir kemudian.
Memang sulit dapat pengganti bis. Lalu ia mencoba mondar mandir di depan bengkel di seputaran itu.
Di rest area itu hanya ada pom bensin, toilet, musala, dan bengkel satu satunya yang lagi sepi. Omong omong dengan orang bengkel, ia dapat carter mobil sedan Hyundai.
Dengan merogoh kocek 100 real, Abah Dahlan diantarkan ke kota Buraydah. Jaraknya sekitar 50 km dari rest area.
Sementara jemaah Memorandum, di kota Madinah bersama Bu Dahlan, siap siap akan ada agenda lain. Akan mengunjungi beberapa tempat bersejarah di kota suci itu.
Kisahnya bisa Anda ikuti dalam catatan besok.
(Bersambung)
Sumber: