Polemik Supersemar, Mencari Kebenaran dan Keadilan Sejarah

Polemik Supersemar, Mencari Kebenaran dan Keadilan Sejarah

-freepik-

MEMORANDUM – Hari ini, 11 Maret, bangsa Indonesia memperingati 46 tahun peristiwa Supersemar. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1967 ini masih menyisakan polemik dan pertanyaan hingga saat ini.

Supersemar, singkatan dari Surat Perintah Sebelas Maret, merupakan surat yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1967. 

BACA JUGA:Perjalanan Sejarah Terlupakan : Menggali Kembali Warisan Budaya yang Terancam Punah

Surat ini memberikan mandat kepada Letjen Soeharto untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang tidak stabil saat itu.

BACA JUGA:Jembatan Merah, Sejarah dan Simbol Perjuangan Warga Surabaya

Namun, isi dan makna Supersemar masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Ada yang beranggapan bahwa Supersemar merupakan pengalihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto, sementara yang lain berpendapat bahwa Supersemar hanya dimaksudkan untuk menjaga stabilitas negara.

BACA JUGA:Menggali Jejak Sejarah: 10 Tempat Bersejarah yang Mengingatkan akan Penjajahan di Indonesia

Polemik Supersemar semakin memanas dengan munculnya berbagai versi tentang peristiwa tersebut. 

BACA JUGA:Surabaya: Tempat Bersejarah Terbentuknya Kesepakatan Konferensi Meja Bundar untuk Kemerdekaan Indonesia

Ada yang mengatakan bahwa Soekarno dipaksa untuk menandatangani Supersemar, sementara yang lain mengatakan bahwa Soekarno menandatangani Supersemar dengan sukarela.

Hingga saat ini, belum ada jawaban yang definitif tentang kebenaran dan keadilan sejarah Supersemar. 

BACA JUGA:7 Tempat Bersejarah di Surabaya, Saksi Bisu Perjuangan dan Perkembangan Kota

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengungkap kebenaran, namun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Di tengah polemik dan pertanyaan yang masih ada, penting bagi kita untuk terus mencari kebenaran dan keadilan sejarah Supersemar.

Sumber: