Menyambut Ramadan dengan Basah-basahan: Fakta Menarik Tradisi Gebyuran di Semarang

Menyambut Ramadan dengan Basah-basahan: Fakta Menarik Tradisi Gebyuran di Semarang

-pixabay-

Semua warga, tua maupun muda, turut berpartisipasi dalam acara ini, menciptakan suasana ceria dan penuh semangat menyambut Ramadan.

BACA JUGA:Cara Mengatur Waktu Bermain Game Online Agar Tidak Mengganggu Ibadah Ramadan

3. Puncak Acara: Puncak kemeriahan Gebyuran biasanya digelar pada sore hari menjelang awal Ramadan. Warga akan turun ke jalan, bersenjatakan ember, selang air, atau alat lain untuk saling menyemprot. 

Suasana pun menjadi riuh rendah dengan gelak tawa dan keceriaan.

BACA JUGA:Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia

** diakhiri dengan Nasi Gudangan:** Setelah puas bermain air, warga bersama-sama menikmati hidangan khas Semarang, yaitu Nasi Gudangan. 

BACA JUGA:Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia

Ini menjadi momen kebersamaan sekaligus penutup dari tradisi Gebyuran.

Menjaga Kelestarian Tradisi

BACA JUGA:Niat Puasa Ramadan: Lafaz, Waktu Pengucapan, dan Keutamaan

Gebyuran tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Kampung Bustaman. 

BACA JUGA:5 Amalan Utama di Bulan Ramadan yang Pahalanya Berlipat Ganda

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini terus dijaga kelestariannya oleh warga setempat. Dengan antusiasme yang tinggi, mereka berharap Gebyuran dapat terus menjadi warisan budaya yang diwariskan ke generasi mendatang.

BACA JUGA:Menyambut Ramadan dengan Hati yang Bersih dan Penuh Sukacita

Selain Kampung Bustaman, tradisi serupa dengan nama dan makna yang sedikit berbeda juga ditemukan di beberapa daerah lain di Indonesia. 

Sumber: