Lestarikan Tradisi Ruwat Desa, Pemdes Kedungwonokerto Gelar Wayang Kulit

Lestarikan Tradisi Ruwat Desa, Pemdes Kedungwonokerto Gelar Wayang Kulit

Pagelaran Wayang kulit meriahkan acara ruwat desa Kedungwonokerto.-Biro Sidoarjo-

SIDOARJO, MEMORANDUM - Sedekah Bumi adalah salah satu upacara tradisional untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang pencipta. Upacara ini masih banyak kita jumpai pada masyarakat di daerah pedesaan, yang kehidupannya ditopang dari sektor pertanian.

Seperti di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan Prambon, Sidoarjo. Tradisi ruwat desa dilestarikan dengan menggelar kesenian wayang kulit, syukuran dan doa bersama.

Kepala Desa Kedungwonokerto, Karmidi mengatakan, sedekah bumi atau disebut dengan ruwat desa ini, merupakan salah satu tradisi desa yang terus dilestarikan. Menurutnya, tradisi ini sudah berlangsung sejak turun termurun. Selain sebagai bentuk rasa syukur, dalam tradisi ruwat desa juga diyakini untuk mendapatkan berkah bagi masyarakat desa.

"Sebagai bentuk rasa syukur dan mendapatkan keberkahan di masyarakat," ujarnya, Senin 04 Maret 2024 malam.

BACA JUGA:Wayang Kulit Ruwat Murwakala Meriahkan Acara Bersih Desa Pasirharjo

Tidak hanya itu, menurut dia, dalam tradisi ruwat desa ini, identik dengan pagelaran wayang kulit. Sebab, wayang kulit juga diyakini sebagai sarana untuk melakonkan cerita sejarah dan mengumpulkan warga untuk mempererat tali persaudaraan dan kekompakan warga untuk guyub rukun.

"Ruwat desa ini juga dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan antar warga," ungkapnya.

Ia berharap, dalam tradisi sedekah bumi atau ruwat desa ini bisa menjadi makna yang mendalam. Selain mengajarkan rasa syukur, tradisi sedekah bumi juga mengajarkan, bahwa manusia harus hidup guyub rukun antar sesama dan terus melestarikan tradisi yang menjadi kebudayaan nusantara.(met/jok)

Sumber: