Kecanduan Gadget Menjadi Masalah Serius bagi Mental, Perilaku Anak dan Remaja
Aktifitas Psikiater Konsultan Anak dan Remaja RSJ Menur dr. Ivana Sajogo, SpKJ(K) mengajak bermain pasien anak di RSJ Menur.--
SURABAYA, MEMORANDUM-Kecanduan gadget pada anak dan remaja menjadi masalah serius dan berdampak buruk bagi kesehatan mental dan perilaku mereka. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur, yang merupakan satu-satunya RSJ milik Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu solusi untuk menjawab masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja.
Tren pasien rawat jalan yang meningkat, dengan kasus kecanduan gawai, membuat RSJ Menur membuka layanan rawat inap, untuk menolong mereka.
Data menunjukkan dari 25 pasien remaja yang rawat inap di RSJ Menur, ada 9 pasien remaja mengalami kecanduan gawai. Berusia antara 11 sampai 18 tahun, dengan mayoritas berasal dari kalangan menengah.
BACA JUGA: RSJ Menur Rawat Puluhan Anak Ketergantungan Gadget, Pengamat: Pentingnya Tumbuhkan Kesadaran
"Sejak Desember 2023 sampai Januari 2024, RSJ Menur merawat inap 25 anak dan remaja dengan rentang usia 11–18 tahun. Sebanyak 36 persen diantaranya harus dirawat karena kecanduan gadget. 5 anak perempuan dan 4 anak laki laki ini, yang sudah bermasalah secara psikologis dan perilaku, " kata Psikiater Konsultan Anak dan Remaja RSJ Menur dr. Ivana Sajogo, SpKJ(K).
BACA JUGA: RSJ Menur Rawat Puluhan Anak Ketergantungan Gadget, Pengamat: Pentingnya Tumbuhkan Kesadaran
Jumlah tersebut belum termasuk pasien rawat jalan yang terus meningkat jumlahnya.
"Kalau di rawat jalan kita memang ada peningkatan, hanya bervariasi diagnosisnya. Tapi sejak kami mulai punya ruang rawat inap jiwa untuk anak dan remaja, tidak pernah zero (nol)," imbuhnya.
Akibat ketergantungan gadget ini, menurut Ivana dampak yang terjadi pada pelajar salah satunya ketidakmampuan mereka untuk berkonsentrasi saat pembelajaran, bahkan tidak mau sekolah.
"Terdapat perubahan perilaku, anak yang kecanduan gadget juga dapat berperilaku lebih agresif, " jelasnya.
Ivana menjelaskan, untuk pengobatan anak yang kecanduan gawai dilakukan dengan beberapa proses. Mulai kuratif, melalui pengobatan (medikamentosa), rehabilitasi psikososial dan pendampingan oleh tim psikologi.
"Kami melakukannya yang pertama sesuai targetnya adalah kuratif. Artinya karena memang ada perubahan pola perilaku dan psikologis, misal datang dengan keluhan tidak bisa tidur dan lain lain, maka kami terapi dulu. Baru setelah pasien lebih tenang, kami lakukan rehabilitasi psikososial dan pendampingan oleh tim psikologi," paparnya.
Kemudian plan kedepan, lanjut Ivana, ketika pasien tersebut mau pulang, baru mengedukasi keluarga, dimana hal ini menjadi bagian preventifnya.
"Kemudian ada edukasi preventif untuk pasien dan orang tua, " jelasnya.
Sumber: