Dikerek Corona, Harga Bawang Putih di Tulungagung Melonjak 100 Persen

Dikerek Corona, Harga Bawang Putih di Tulungagung Melonjak 100 Persen

Tulungagung, memorandum.co.id - Imbas penyebaran wabah virus Corona di Tiongkok tidak hanya meningkatkan kewaspadaan masyarakat di Tulungagung, namun juga berimbas pada melonjaknya harga bawang putih di pasaran. Pantauan memorandum.co.id, Jumat (7/2/2020), harga bawang putih di pasar Ngemplak Tulungagung mengalami kenaikan dari harga normal di kisaran Rp 25 ribu per kilogram menjadi Rp 50 ribu per kilogram. Lonjakan harga ini terjadi karena pasokan bawang putih dari Tiongkok berkurang seiring wabah virus corona yang menyerang warga di negara Tirai Bambu itu. Ilung (34), salah satu pedagang bawang putih di Pasar Ngemplak membenarkan hal ini. Dikatakannya, kenaikan mulai terlihat sejak seminggu terakhir. “Pasokannya memang berkurang, mungkin karena sebagai salah satu antisipasi penyebaran virus corona,” ungkap Ilung. Kondisi ini berimbas pada menurunnya daya beli masyarakat. Jika pada hari normal, Ilung bisa menjual 20 sampai 30 sak bawang putih berisi 20 kilogram, kini hanya mampu menjual 2 sak per harinya, itupun tidak mudah. “Padahal harga saya sudah murah, Rp 45 ribu per kilogram. Yang lain sudah tembus Rp 50 ribu,” tuturnya. Dirinya yakin kondisi ini akan berangsur pulih ketika isu corona di Tiongkok mereda. Ilung mengakui, harga Rp 50 ribu per kilogram diprediksi menjadi harga paling tinggi yang bisa ditoleransi masyarakat. Pihaknya meyakini pula, jika harga lebih tinggi dari itu maka masyarakat juga bersiap untuk meninggalkan bumbu yang satu ini. “Kalau untuk pemakaian sehari-hari, sebenarnya bawang putih ini kan hanya sedikit porsinya di bumbu masak. Yang lebih banyak justru bawang merah,” ujar Ilung. Sementara itu, keluhan sama juga disampaikan oleh Slamet (60), pedagang yang biasa memborong bawang putih untuk dijual eceran. Ketika kondisi normal, selama satu hari Slamet mengaku bisa menjual 20 kilogram bawang putih. Tapi kini butuh dua hari untuk menjualnya. “Situasinya sungguh sangat sulit, bawang putih benar-benar susah dijual. Semuanya bilang terlalu mahal,” ucap Slamet. Saat tak ada kenaikan harga, warga biasanya membeli 2-3 kilogram dalam sekali transaksi, tapi kini warga memilih membelinya secara eceran. “Makanya habisnya juga lama, karena belinya eceran. Gak kiloan seperti dulu,” pungkas Slamet. (fir/mad/ziz)

Sumber: