Pilkada Surabaya di Mata Pedagang Pasar Tradisional

Pilkada Surabaya di Mata Pedagang Pasar Tradisional

Surabaya, Memorandum.co.id - Nama besar Tri Rismaharini yang sudah menjadi wali Kota Surabaya tidak bisa diingkari. Termasuk siapa yang akan menjadi pilihan warga Surabaya pada pilkada September 2020 mendatang. Nama Risma masih menjadi bayang-bayang bakal calon lain. Termasuk Whisnu Sakti Buana yang dua periode mendampingi Risma. Dari Sembilan pedagang pasar tradisional yang ditemui Memorandum, empat di antaranya dengan tegas memilih Whisnu karena sudah mendampingi Risma. Lima pedagang lain mengaku tidak punya pilihan. Itupun sebagian mengatakan tidak terlalu perhatian pada dunia politik. Menjadi pendamping Risma selama dua periode adalah alasan yang masuk akal bagi Siswanto (60), pedagang makanan ringan dan telur yang tinggal di Rungkut Lor IV-A. “Tapi sampai sekarang saya sendiri belum paham siapa saja calonnya,” terang dia, Minggu (26/1). Beda lagi dengan Sukarto (61), tinggal di Jalan Kendung. Pedagang sembako ini bisa menyebutkan tiga nama yang disebut-sebut bakal maju dalam pilkada mendatang. "Wishnu Sakti Buana, Mohammad Sholeh, dan istrinya Bambang DH (Dyah Katarina-red),” katanya. Tapi terkait dengan siapa yang akan menjadi pilihannya, Sukarto mengatakan Whisnu. "Habis jadi wakil ya sedikit banyak sudah mengetahui permasalahan. Mungkin itu keunggulan Whisnu," tandasnya. Whisnu juga menjadi pilihan bagi orang yang tidak punya pilihan. Sosoknya yang menjadi wakil wali Kota Surabaya membuat namanya lebih banyak dikenal warga. Seperti yang dikatakan oleh Suntari (61), warga Rungkut Asri. Pedagang sayur ini mengaku kalau tahun ini Risma akan diganti dan tidak tahu siapa saja calonnya. “Bingung mau menjagokan siapa. Paling hanya Whisnu,” katanya. Nyaris sama dengan apa yang dikatakan oleh Anto (26), warga Jalan Penjaringan Timur. Pedagang sembako ini mengaku mengetahui nama Armuji dan Whisnu dari banner di jalan dan di kampungnya. Kedua nama tersebut memang diakuinya paling banyak dilihat. Termasuk saat pemilihan legislatif, tahun lalu. “Paling ya Pak Whisnu karena beliau paham permasalahan di Surabaya,” katanya singkat. Sisanya mengaku tidak tahu dan tidak peduli dengan dunia politik. Sebagian mengaku lebih memilih berdagang. Seperti yang dikatakan oleh Ninik (47), warga Jalan Wiyung 1. "Tidak tahu dik. Tidak pernah lihat TV soalnya. Khan ya saya di pasar jadi sama sekali tidak mengerti," jelasnya. Demikian juga dengan Adam Mujahdid (25), penjual bawang merah yang tinggal di Jalan Wiyung II. Kendati mengetahui tahun ini Surabaya akan menggelar pilkada, dirinya mengaku tidak tahu siapa saja calonnya. Hal serupa juga dikatakan oleh Aan (32), pedagang sayur yang tinggal di Wonokromo. “Saya nggak tahu juga mas karena saya jarang keluar pasar,” tandasnya. Juga bagi Taryati (45), pedagang singkong warga Tales V dan Hartini (47), pedagang sembako yang tinggal di Rungkut Lor IV. Bagi keduanya, informasi pemilihan kepala daerah Surabaya yang akan digelar tahun ini belum mereka dengar. Bisa jadi karena kurangnya sosialisai atau karena kesibukan mereka. (mg1/mg2/mg3/rif/lis)

Sumber: