4 Profesor UB Dikukuhkan, Tawarkan Penanganan Limpasan Air Hujan hingga Kanker

4 Profesor UB Dikukuhkan, Tawarkan Penanganan Limpasan Air Hujan hingga Kanker

Empat profesor baru di Universitas Brawijaya menjelang pengukuhan di kampus.-Biro Malang Raya-

MALANG, MEMORANDUM - Salah satu Profesor baru di Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Eng Donny Harisuseno ST MT memberikan tanggapan terkait kejadian banjir di Kota Malang. Sedangkan di Kota Malang, membentang sungai yang cukup besar.

BACA JUGA:UB Kukuhkan Profesor Bidang Koservasi Tanah dan Perkembangan Ekonomi Digital

Sebagai Profesor di Fakultas Tehnik (FT), ia menawarkan gagasan dan pengembangan SYstem Hybrid-G2I (green-gray infrastructure). Hal itu untuk pengelolaan limpasan air hujan berbasis konservasi air. Salah solusi untuk mengurangi genangan air hingga banjir.

BACA JUGA:Satu dari Enam Profesor Baru di UB, Teliti Tentang Kartel

"Konsep pengelolaan limpasan air hujan konvensional di wilayah perkotaan, masih mengandalkan peran fisik (saluran) yang mengalirkan limpasan sesegera mungkin ke sungai. Ini kurang memiliki kemampuan adaptasi mengantisipasi permasalahan ketersediaan air," terang Profesor Donny, Rabu, 6 Desember 2023.

BACA JUGA:Dua Profesor Baru Universitas Brawijaya Ahli Peternakan dan Kesehatan Gigi

Profesor ke-352 dari seluruh Profesor yang dihasilkan UB ini menilai, bahwa selama ini, masih menganggap air hujan sebagai objek masalah dibanding sumber potensi air baku.

Untuk itu, sistem yang ia kembangkan, merupakan konsep mengintegrasikan fungsi infrastruktur fisik drainase (gray infrastructure) dan lingkungan (green) dalam penanganan limpasan.

BACA JUGA:UB Bertabur Profesor, Teliti Kualitas Sperma Hingga Species Tungau

Keunggulan dari sistem ini terletak pada ketangguhan dan fleksibilitas yang tinggi dalam menangani limpasan permukaan air hujan. Sekaligus mendukung konservasi air.

BACA JUGA:Universitas Brawijaya Tambah Empat Profesor Baru 

Menjamin upaya konservasi air tanah dan permukaan. Mampu mendukung terwujudnya ketahanan air perkotaan tangguh dan adaptif terhadap perubahan iklim.

“Namun kelemahannya, dengan penerapannya masih bersifat lokal. Tergantung ketersediaan ruang fisik yang cukup. Umumnya memiliki kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggi," lanjutnya.

BACA JUGA:Siti Nurbaya Bakar Dikukuhkan Sebagai Profesor Kehormatan UB

Sumber: