Cangkir dan Sejuta Kenangan

Cangkir dan Sejuta Kenangan

M Shaleh memamerkan cangkir antik miliknya.-Alfin-

SURABAYA, MEMORANDUM - M. Shaleh, warga Kapas Gading Madya merupakan pecinta barang antik, khususnya cangkir. Selain menjual cangkir antik, ia juga mengoleksi cangkir-cangkir tahun lama yang memiliki nilai historis kehidupan masa lampau.

Shaleh mengaku tertarik dengan cangkir antik karena memiliki filosofi tersendiri. Menurutnya, cangkir antik ini sebagai edukasi kepada anak-anak muda sekarang untuk mengetahui gambaran hidup masyarakat masa lalu.

"Sebenarnya kalau barang jadul atau barang lawasan itu filosofinya edukasi agar anak-anak muda bisa mencintai barang-barang dulu dimiliki nenek-kakeknya. Banyak juga orang tua yang mengajak anaknya ketika melihat pameran barang jadul, lalu anaknya tertarik karena selama ini tidak pernah melihat barang antik dan mereka merasa tertarik, saat itu juga orang tuanya menceritakan kehidupan masa lalu terutama cangkir antik itu," kata Shaleh kepada Memorandum.

Menurutnya, cangkir adalah simbol kebersamaan dan kenangan. "cangkir itu simbol kebersamaan. Dulu, orang-orang berkumpul dan minum kopi atau teh bersama sama di meja makan. cangkir menjadi saksi bisu dari momen momen kebersamaan itu. Jadi barang jadul ini juga memiliki filosofi mengenang massa lalu," jelasnya.

Pria yang mengaku sejak 2016 menggandrungi barang antik ini juga mengatakan bahwa cangkir antik memiliki nilai historis yang tinggi. cangkir cangkir tersebut dapat menjadi gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lalu.

"cangkir-cangkir antik ini bisa bercerita tentang kehidupan masyarakat di masa lalu. Dari desainnya, kita bisa tahu tentang tren fashion, budaya, dan teknologi di masa itu," kata M Shaleh.


M Shaleh memamerkan cangkir antik miliknya.-Alfin-

Shaleh memiliki koleksi cangkir antik yang cukup lengkap. Ia memiliki cangkir dari berbagai negara dan berbagai zaman. Cangkir-cangkir tersebut terbuat dari berbagai bahan, seperti porselen, kaca, dan keramik.

"Koleksi cangkir saya ada dari berbagai macam," kata M Shaleh.

Selain sebagai kolektor ia juga menjual cangkir tahun tua. Harganya pun kata Shaleh bervariasi. "Mulai harga Rp 75 ribu sampai Rp 125 ribu untuk cangkir bulat yang dibuat pada tahun 1960. Harga 125 ribu itu untu per satu biji camgkir," ujarnya.

Ia mengaku memang mayoritas yang beli adalah sesama pecinta barang cangkir antik. "Kalau beli lusinan hampir tidak ada, paling paling ya perbiji. Itu pun yang beli juga untuk koleksi sendiri," jelasnya.

Secara kualitas, lanjut Shaleh, bahan cangkir yang dibuat pada era dulu memang memiliki kekuatan yang lebih.

"Dari segi kualitas memang terbaik kalau cangkir jaman dulu. Tapi yang terpenting adalah nilainya. Ketika kita menikmati kopi degan cangkir tua pasti beda rasanya dan nuansanya," imbuhnya.

Shaleh mengatakan bahwa ia sangat bangga dengan koleksi cangkir antik miliknya. Menurutnya, cangkir-cangkir tersebut merupakan harta karun yang harus dilestarikan.

"Saya bangga bisa memiliki koleksi cangkir antik ini. Saya ingin menjaganya dengan baik dan mewariskannya kepada anak cucu saya. Karena cangkir tahun tua miliki historis yang sangat tinggi, sehingga bisa diceritakan kenangannya pada anak turunan kita," kata M Shaleh.

M Shaleh berharap bahwa kecintaannya terhadap cangkir antik dapat menular kepada orang lain. Ia ingin agar lebih banyak orang yang menghargai dan melestarikan barang-barang antik.


M Shaleh memamerkan cangkir antik miliknya.-Alfin-

"Saya ingin agar lebih banyak orang yang menyukai cangkir antik. Cangkir antik ini bukan hanya barang antik, tapi juga memiliki nilai historis dan filosofi yang tinggi," kata Shaleh.

Selain cangkir, Shaleh juga memiliki beragam barang antik lainnya, misal setrika, jam, gucu, uang koin, lampu pembuatan tahun tua. Ada juga kinangan yang merupakan seperangkat alat untuk makan sirih.

"Setrika mulai 500 sampai satu juta duaratus untuk setrika. Untuk kinangan lengkap harganya Rp 500 ribu," ujarnya.

Shaleh mengaku selain menjual barang antik di rumah, dirinya kerap kali mengikuti event pameran barang antik bersama pecinta barang antik dari berbagai wilayah Surabaya dan daerah seperti Sidoarjo.

"Setahun bisa tiga sampai empat kali mengadakan pameran. Tergantung kesepakatan teman teman komunitas," ujarnya.

Menurutnya pameran sebagai ajang silaturahmi sesama pecinta barang antik supaya terus dikenang masyarakat. "Ngobrol ngobrol barang, saling tukar pikiran ini memiliki kesenangan tersendiri ketika kumpul bersama teman teman sesama pecinta barang antik. Kita tidak sekadar hobi, tapi sebagai ajang silaturahmi," pungkasnya.(alf)

Sumber: