Hama Bulai Mulai Serang Lebeng Barat
Kondisi lahan jagung di dekat permukiman warga di Sumenep. (Syamsuri) Sumenep, Memorandum.ci.id - Di awal musim tanam para petani Desa Lebeng Barat, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep diresahkan serangan hama bulai. Hama ini membuat daun memutih yang bisa menggagalkan proses fotosintesis tanaman, khususnya komoditi jagung. Akibatnya, petani jagung setempat terancam gagal panen tahun ini. Hal ini dikeluhkan Saidin (45), salah satu petani Lebeng Barat. Dia mengungkap, hampir seluruh tanaman jagung milik petani desa setempat rusak karena disebabkan serangan hama bulai. "Kalau sudah begini kita pasti gagal panen untuk tahun ini," katanya, Selasa (14/1). Sepengetahuannya, hama bulai membuat pertumbuhan tanaman jagung terhambat, kemudian menghasilkan buah sudah dipastikan tidak sesuai harapan petani. Petani mengetahui secara pasti penyebab serangan hama bulai tahun ini. Untuk menyiasati kerugian lebih besar, beberapa petani beralih menanam cabai meskipun nanti harga di masa panen murah. Setidaknya, kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar. "Kami petani terpaksa beralih menanam cabai, karena serangan hama bulai cukup meresahkan,” ujarnya. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura dan, Perkebunan (Dispertahortbun) Kabupaten Sumenep Arif Firmanto menjelaskan, serangan hama bulai tidak hanya terjadi di kecamatan Pasongsongan, melainkan hampir seluruh di kecamatan memasuki masa awal musim tanam. Salah satunya tambahnya, di Kecamatan Talango dan Batuputih yang laporannya mengalami serangan paling parah. Namun situasi itu berhasil diatasi petugas pertanian. "Setelah dua minggu kembali normal karena ketersediaan air dan pupuk,” beber Afif kepada Memorandum. Dikatakan, hama bulai dan ulat merupakan penyakit utama tanaman jagung. Hampir setiap tahun selalu melanda Sumenep. Karenanya, untuk penanganan hama itu dia mengimbau masyarakat melakukan pengajuan obat-obatan pembasmi hama ke dispertahortbun. Selama persediaan obat ada akan diberikan, namun tidak menjamin persediaan dikarenakan kondisi setiap daerah berbeda. "Kita memang tidak ada stok untuk mengatasi hama, meski ada dari provinsi kita masih lihat dulu seperti apa di lapangan karena berbeda-beda," ujarnya. (uri/epe)
Sumber: