Ketika Cinta Mengalahkan Segala-galanya (2)

Ketika Cinta Mengalahkan Segala-galanya (2)

Ketika Cinta Mengalahkan Segala-galanya--

Kotrak dan Nekat Nikah dengan Wali Hakim

 

Saat balik ke Surabaya, Andre-Badriyah mencoba memperjuangkan lagi cinta mereka. Keduanya sekuat tenaga mempengaruhi keluarga masing-masing, namun tidak juga berhasil.


Cinta sejati akhirnya mempersatukan tekad keduanya. Pernikahan dengan wali hakim pun terjadi setelah Andre mengikrarkan dua kalimat sahadat. Pasca itu mereka tinggal di rumah kontrakan dan membuka usaha kecil-kecilan dengan modal pinjaman.


Hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata nasib baik tidak mendukung. Usaha yang mereka kelola lambat laun masuk jurang kebangkrutan.

Tidak ada yang dimintai tolong, Andre akhirnya nekat kembali ke rumah untuk meminta bantuan orang tua.


Tapi, jangankan menemui, orang tua Andre bahkan enggan membuka pintu. Hanya pembantu yang muncul dan berkata singkat, “Papa dan Mama tidak mau menemui Mas Andre,” ujar pembantu tadi.

BACA JUGA:Ketika Cinta Mengalahkan Segala-galanya (1)

Perjuangan juga dilakukan Badriyah. Dia berusaha membujuk agar orang tua merestui pernikahan yang sudah telanjur dilakukan.

Mereka lebih lunak. Hanya Anak ketiga dari tiga bersaudara ini dianggap sebagai anak durhaka dan dicoret dari silsilah keluarga selama masih menjadi istri Andre.

Intinya, selama Badriyah terus melanjutkan hubungannya dengan Andre, selama itu pula kesempatan untuk kembali ke keluarga tertutup rapat.

Tapi seandainya mau meninggalkan Andre dan kembali meneruskan perjodohan dengan pengusaha Arab asal Gresik tadi, pintu akan dibuka lagi.

“Saya bergeming. Bagaimanapun beratnya, rumah tangga dengan Andre akan saya pertahankan,” kenang Badriyah, yang menambahlan muncul persoala baru. Satu di antara suami-istri harus resign. Ini peraturan perusahaaan.

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (1)

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (2)

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (3-habis)

Gagal meminta bantuan untuk menegakkan kembali usaha mereka, Andre lantas menjual motor. Inilah harta satu-satunya yang masih berharga. Demikian pula, Badriyah mempreteli satu demi satu perhiasan yang melekat di tubuhnya.


Upaya itu pun ternyata tak banyak membantu. Usaha makin bangkrut, sementara tagihan datang silih berganti. Badriyah yang terbiasa hidup susah, meski hidup di tengah orang tua kaya, masih mampu bertahan.


Hidup di pondok pesantren yang penuh keprihatinan mampu menempa Badriyah menapaki penderitaan yang entah kapan akan berakhir. “Saya sekuat tenaga terus bertahan,” tekad Badriyah.


Nyaris di titik nadir, Badriyah merasakan adanya perubahan. Sedikit demi sedikit usaha yang mereka jalankan mulai menanjak.

Mulai ada hasil yang bisa dinikmati. Ini sangat disyukuri Badriyah.


Badriyah menganggap ini adalah keajaiban yang turun dari langit. Betapa tidak, Badriyah menyadari sebenarnya usaha mereka berjalan seperti biasa, seperti hari-hari sebelumnya, namun rezeki seakan mengalir tanpa ada sumbatan.

 

BACA JUGA:Ketika Cinta Mengalahkan Segala-galanya (1)

Setiap diminta menutup suatu kebutuhan, Andre sudah tak pernah lagi mengelak dan berjanji esok atau lusa. Andre selalu bisa spontan menutup kebutuhan tersebut.

“Andre menyatakan ini mukjijat dari Tuhan,” kata Badriyah mengulagi ucapan sang suami. Lambat laun Badriyah mulai bisa menikmati perubahan Badriyah dalam keluarga. (jos, besambung)

 

 

Sumber: